Alih-alih membaca, pergaulan yang menuntunnya dalam menulis cerita.
Sebab, ia memperoleh seluk-beluk menulis dan kalimat indah dari pergaulan tersebut.
Semua itu dilakukan melalui jalur tidak resmi.
Artinya, ia hanya ngobrol bersama teman, rekan seprofesi, dan mengelilingi pusat keramaian hanya untuk mengamati obrolan anak muda.
Kebiasaan itu ia lakukan hampir setiap hari selama dua atau tiga tahun.
"Hanya lewat cara inilah kita bisa menemukan kenyataan-kenyataan yang sedang hidup," kata Hilman.
Dari metodenya ini, ia pun melahirkan banyak karya dan digandrungi para remaja.
Novel Lupus pun kemudian ditulis dalam banyak seri, seperti Cinta Olimpiade, Rumpi Kala Hujan, Topi-topi Centil, dan Tragedi Sinemata. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS