POPNEWS.ID - Beredar pesan berantai yang belakangan viral di WhatsApp.
Isinya, ratusan daftar nama penceramah yang dicap radikal.
Sebelumnya, isu penceramah radikal kembali dibahas dalam pidato Presiden Joko Widodo di hadapan prajurit TNI.
Jokowi meminta TNI dan Polri tak bisa sembarang mengundang penceramah, terutama yang masuk kategori radikal.
Ustaz Felix Siauw dalam akun Instagramnya menggunggah tangkapan layar 10 nama penceramah yang dikategorikan radikal.
Nama Ustaz Felix sendiri masuk dalam daftar itu.
Begitu juga penceramah kondang Ustaz Abdul Somad atau UAS.
Selain itu, ada mantan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto.
Lalu, ada juga penceramah Hafidz Abdurahman.
Ustaz Felix dengan unggahan itu juga menyertai tanggapannya.
Dia mengaku namanya sempat masuk daftar pada 2017.
Pun, kini namanya muncul lagi. Bahkan ada di nomor urut dua di bawah Ismail Yusanto.
"Beredar viral 180-an nama penceramah radikal dan disarankan nggak boleh diundang dan didengar. Tahun 2017, saya jadi tokoh radikal no. 2 setelah .HaErEs, sekarang jadi no. 2 lagi," tulis Ustaz Felix di akun Instagramnya, Selasa, 8 Maret 2022.
Ustaz Felix dengan emoticon tertawa pun menyampaikan pertanyaan kalimat canda.
"Kapan aku bisa jadi namber wan ya?. Tapi alhamdulilah, bisa bertahan di list sedjak 2017," demikian katanya.
Dalam tangkapan layar pesan WhatsApp itu, tertulis Daftar Penceramah Intoleran & Radikal.
Hindari untuk Mendengarkan Apalagi Mengundang. Meski Ustaz Felix menyebut ada 180-an pendakwah tapi tangkapan layarnya hanya tertera 10 nama yang dikategorikan penceramah radikal.
Belum diketahui pihak mana yang mengeluarkan daftar nama penceramah tersebut.
Namun, sebelumnya Presiden Jokowi sempat memperingatkan agar istri TNI-Polri tak mengundang penceramah radikal.
Jokowi menyampaikan demikian saat acara pembukaan Rapat Pimpinan TNI dan Polri Tahun 2022 di Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa, 1 Maret 2022.
Dia awalnya menyinggung soal kedisiplinan anggota TNI-Polri yang diharapkan bisa menjadi contoh bagi masyarakat.
Sebab, disipilin TNI-Polri berbeda dengan masyarakat sipil.
Jokowi kemudian bicara soal istri TNI-Polri mengundang penceramah semaunya atas nama demokrasi.
"Makro, mikro harus kita urus juga. Tahu-tahu undang penceramah radikal, nah, hati-hati," ujar Jokowi.
Tak lama peringatan Jokowi, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bicara soal peneramah radikal.
Direktur Pencegahan BNPT Brigadir Jenderal Ahmad Nurwakhid mengatakan, pernyataan Jokowi merupakan peringatan dan perhatian sejak dini untuk meningkatkan kewaspadaan nasional.
Menurut dia, radikalisme adalah proses tahapan menuju terorisme yang selalu memanipulasi dan mempolitisasi agama.
Dia menyebut beberapa indikator penceramah radikal.
Pertama, yaitu mengajarkan ajaran yang anti-Pancasila dan pro ideologi khilafah transnasional.
Kedua, mengajarkan paham takfiri yang mengkafirkan pihak lain yang berbeda paham maupun berbeda agama.
Lalu, ketiga, menanamkan sikap antipemimpin atau pemerintahan yang sah, dengan sikap membenci dan membangun ketidakpercayaan (distrust) masyarakat terhadap pemerintahan maupun negara melalui propaganda fitnah, adu domba, ujaran kebencian (hate speech), dan sebaran hoaks. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS