"Kita pasti akan terus melakukan penuntutan, penolakan dan kita sudah mengirimkan beberapa surat, salah satunya ke Komnas HAM, ada LPSK dan kepolisian yang pasti sudah dari pertama, dan kami akan terus mengawal kasus ini," tegasnya.
Lanjut Putu, kasus pembunuhan yang terjadi sebab aktivitas tambang batubara ilegal di Kaltim, berkaitan erat dengan kasus serupa yang pernah terjadi di Kalimantan Selatan.
"Kami menduga kalau sangat keterkaitan. Karena perusahaannya sama, hanya lokasinya yang berbeda. Bahkan pola-pola yang terjadi itu semua sama," tegasnya.
Oleh sebab itu, para aktivis, akademisi dan warga yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Kaltim akan terus melakukan aksi.
Sebab jika tidak ditangani dengan serius, aktivitas industri ekstraktif ilegal yang membayangkan nyawa warga bisa terus terulang, dan menelan korban lebih banyak. Baik dari sisi lingkungan, ekologis, sosial hingga penghilangan nyawa dan pembungkaman suara.
"Kita pasti akan terus melakukan penuntutan dan penolakan," pungkasnya. (*)