Uya pun menduga ditegur oleh warga setempat karena menggunakan bahasa Indonesia selama berada di sana. Dia juga mengungkit adanya fenomena scammer mencari donasi yang belakangan terjadi di sana.
"Cuma karena mungkin mereka nggak ngerti bahasa kita, jadi kita ditegur sendiri, yang lain nggak ditegur, padahal yang lain datang ambil video juga, kita doang yang ditegur, tapi nggak apa-apa, kita ngerti juga perasaan mereka, dan setelah kita lihat video mereka yang di-upload di TikTok kan banyak komentar yang di-like sama si peng-upload itu, yang dia like itu ternyata yang mereka bicarakan kita dituduhnya scammer," tutur dia.
"Karena di LA ini ada banyak scammer yang memanfaatkan kesempatan kebakaran ini untuk mencari donasi, mereka nipu untuk kepentingan pribadi, dengan atas namakan korban korban kebakaran. Yang lagi ramenya itu di sini. Dan mereka nggak tahu saya siapa, dan bahasa kita juga bahasa Indonesia ya kan. Karena sebelumnya ada kejadian itu, jadinya begitu di situ," lanjutnya.
Terkait kejadian ini, Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga, membela Uya Kuya. Menurutnya, tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh Uya Kuya karena ia berada di area publik dan sudah berkoordinasi dengan pihak berwenang. Viva menilai tindakan Uya justru memberikan nilai edukatif, di mana dokumentasi kejadian kebakaran diambil untuk memastikan masyarakat menerima informasi yang benar dan akurat, mengingat banyaknya berita palsu yang beredar di media sosial.
"Peliputan semacam ini penting agar masyarakat mendapatkan informasi yang sahih, terutama di tengah maraknya hoaks dan penggunaan kecerdasan buatan untuk manipulasi berita," ujar Viva Yoga, yang juga menekankan bahwa di negara seperti Amerika Serikat, peliputan media terhadap kejadian-kejadian besar dilakukan secara masif dan terbuka.
(Redaksi)