Di lain waktu, nama Idjon kembali disebut ketika Kolonel AE Kawilarang yang saat itu bertugas sebagai Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi, kini Kodam III/Siliwangi, mengutarakan kembali niatnya membentuk pasukan khusus yang dianggap sebagai kebutuhan mendesak.
Kawilarang kemudian memanggil ajudannya, Sugianto, untuk kembali menghubungi Idjon.
Selanjutnya, melalui Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada 1 April 1952, Idjon diangkat menjadi Mayor Infanteri TNI AD dengan NRP 17665 dan bertugas melatih kader perwira dan bintara calon pasukan khusus di Batujajar.
Sejak 16 April 1952, terbentuklah pasukan khusus dengan nama Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi atau Kesko III di bawah komando Idjon.
Setahun berikutnya, satuan ini ditarik menjadi berada di bawah Markas Besar Angkatan Darat. Pada 14 Januari 1953, Kesko III berganti nama menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD).
Pada 1956 ketika KKAD berubah nama menjadi RPKAD, digelarlah pelatihan terjun payung pertama di Pangkalan Udara Margahayu, Bandung.
Dalam perjalanannya, Markas Besar Angkatan Darat menawarkan jabatan baru ke Idjon yang jauh dari urusan pelatihan komando, yakni koordinator staf pendidikan pada Inspektorat Pendidikan dan Latihan (Kobangdiklat).
Namun, ia memilih mundur dan pensiun pada 1957.
Pada 1968, bertepatan dengan HUT ke-16 Puspassus AD, pangkatnya dinaikkan menjadi Letnan Kolonel.
Idjon kemudian tutup usia di Rumah Sakit Panti Rapih pada 1 April 1977.
Berkat kontribusinya yang besar terhadap pasukan elite milik TNI AD, namanya pun didaulat sebagai Bapak Kopassus. (*)