Minggu, 24 November 2024

Kabar Trending

Kisah Idjon Djanbi, Eks Pasukan Elit Belanda yang Diminta TNI Didik Prajurit Menjadi Kopassus

Selasa, 26 Maret 2024 16:42

Kopassus TNI

POPNEWS.ID - Tak banyak yang tahu, cikal bakal Komando Pasukan Khusus alias Kopassus TNI didirikan eks tentara Belanda.

Pasukan elit TNI ini dibentuk oleh Letnan Kolonel Infanteri Mochammad Idjon Djanbi, eks ‘pasukan siluman Sekutu’.

Nama Mochammad Idjon Djanbi melekat setelah bule Belanda ini memeluk Islam.

Nama aslinya adalah Roger Barendrecht “Rokus” Visser.

Ia diminta membantu TNI membentuk Korps Baret Merah, tersebut.

Sejak dirikan pada 16 April 1952, Korps Baret Merah ini telah mencatatkan sejarah panjang. 

Dilansir dari buku Kopassus untuk Indonesia yang ditulis oleh Iwan Santosa dan E.A Natanegara, Idjon mempunyai nama asli Roger Barendrecht “Rokus” Visser. 

Ia merupakan anak petani bunga tulip kelahiran Boskoop, Provinsi Sud Holland, 13 Mei 1914. 

Idjon kecil mempunyai cita-cita sebagai ahli agraria. Untuk merealisasikan mimpinya itu, Idjon memperdalam pengetahuannya dengan mengambil kursus agraria di Liverpool, Inggris. 

Ketika berada di Inggris, Perang Dunia II pecah pada September 1939. Ia terpaksa tidak pulang ke negeri kelahirannya Belanda.

Idjon yang kala itu berusia 25 tahun pun terpanggil untuk mengarungi dunia militer pada Mei 1940 guna membela negaranya yang diinvasi Jerman. 

Lantas ia mendaftarkan diri pada dinas ketentaraan Belanda di pengasingan di Inggris. 

Ia masuk dinas militer sukarela tentara sekutu dengan tugas pertamanya sebagai sopir Ratu Wilhelmina. 

Idjon kemudian mengundurkan diri dari tugas ini pada 1941 dan berlabuh ke satuan tempur Angkatan Darat Belanda bernama Brigade Princess Irene. 

Pada 22 Maret 1942, Idjon menjadi relawan dan berangkat ke tempat rahasia di Achnacarry, Skotlandia untuk menjalani pelatihan komando yang oleh Perdana Menteri Inggris Winston Churchill disebut sebagai ‘pasukan siluman Sekutu’ dan Idjon dinyatakan lolos. 

Kemampuannya sebagai pasukan elite komando telah menghasilkan catatan prestisius di medan tempur. 

Salah satunya kala ia menjadi co-pilot serbuan lintas udara untuk merebut jembatan strategis di utara Belanda hingga perbatasan Jerman dalam Operasi Market Garden.

Perjalanan di Indonesia

Semasa Perang Dunia II antara 1944-1946, pasukan Sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat telah membentuk pangkalan di Kota Hollandia yang kini bernama Jayapura. 

Pembentukan itu termasuk Markas Besar Jenderal MacArthur di Ifar Gunun. 

Idjon diangkat sebagai salah satu pelatih. Pada 1947, Idjon berpindah ke Bandung, Jawa Barat, karena sekolah Para tempatnya melatih sudah berpindah ke Batujajar, lokasi yang kini menjadi Pusdiklatpassus. 

Ia kemudian keluar dari dunia militer dan memilih menetap d Lembang, Bandung. 

Suatu hari pada 1951, rumah Idjon kedatangan seorang perwira muda bernama Letnan Dua Aloysius Sugianto dari Markas Besar Angkatan Darat. 

Dalam pertemuan ini, Idjon diminta melatih pasukan komando di pendidikan Combat Intelligent Course (CIC) II, Bogor, yang kini menjad bagian Pusat Pendidikan Intel di bawah Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI.

Di lain waktu, nama Idjon kembali disebut ketika Kolonel AE Kawilarang yang saat itu bertugas sebagai Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi, kini Kodam III/Siliwangi, mengutarakan kembali niatnya membentuk pasukan khusus yang dianggap sebagai kebutuhan mendesak. 

Kawilarang kemudian memanggil ajudannya, Sugianto, untuk kembali menghubungi Idjon. 

Selanjutnya, melalui Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada 1 April 1952, Idjon diangkat menjadi Mayor Infanteri TNI AD dengan NRP 17665 dan bertugas melatih kader perwira dan bintara calon pasukan khusus di Batujajar. 

Sejak 16 April 1952, terbentuklah pasukan khusus dengan nama Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi atau Kesko III di bawah komando Idjon. 

Setahun berikutnya, satuan ini ditarik menjadi berada di bawah Markas Besar Angkatan Darat. Pada 14 Januari 1953, Kesko III berganti nama menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD). 

Pada 1956 ketika KKAD berubah nama menjadi RPKAD, digelarlah pelatihan terjun payung pertama di Pangkalan Udara Margahayu, Bandung.

Dalam perjalanannya, Markas Besar Angkatan Darat menawarkan jabatan baru ke Idjon yang jauh dari urusan pelatihan komando, yakni koordinator staf pendidikan pada Inspektorat Pendidikan dan Latihan (Kobangdiklat). 

Namun, ia memilih mundur dan pensiun pada 1957. 

Pada 1968, bertepatan dengan HUT ke-16 Puspassus AD, pangkatnya dinaikkan menjadi Letnan Kolonel. 

Idjon kemudian tutup usia di Rumah Sakit Panti Rapih pada 1 April 1977. 

Berkat kontribusinya yang besar terhadap pasukan elite milik TNI AD, namanya pun didaulat sebagai Bapak Kopassus. (*)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
POPentertainment