Ia masuk dinas militer sukarela tentara sekutu dengan tugas pertamanya sebagai sopir Ratu Wilhelmina.
Idjon kemudian mengundurkan diri dari tugas ini pada 1941 dan berlabuh ke satuan tempur Angkatan Darat Belanda bernama Brigade Princess Irene.
Pada 22 Maret 1942, Idjon menjadi relawan dan berangkat ke tempat rahasia di Achnacarry, Skotlandia untuk menjalani pelatihan komando yang oleh Perdana Menteri Inggris Winston Churchill disebut sebagai ‘pasukan siluman Sekutu’ dan Idjon dinyatakan lolos.
Kemampuannya sebagai pasukan elite komando telah menghasilkan catatan prestisius di medan tempur.
Salah satunya kala ia menjadi co-pilot serbuan lintas udara untuk merebut jembatan strategis di utara Belanda hingga perbatasan Jerman dalam Operasi Market Garden.
Perjalanan di Indonesia
Semasa Perang Dunia II antara 1944-1946, pasukan Sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat telah membentuk pangkalan di Kota Hollandia yang kini bernama Jayapura.
Pembentukan itu termasuk Markas Besar Jenderal MacArthur di Ifar Gunun.
Idjon diangkat sebagai salah satu pelatih. Pada 1947, Idjon berpindah ke Bandung, Jawa Barat, karena sekolah Para tempatnya melatih sudah berpindah ke Batujajar, lokasi yang kini menjadi Pusdiklatpassus.
Ia kemudian keluar dari dunia militer dan memilih menetap d Lembang, Bandung.
Suatu hari pada 1951, rumah Idjon kedatangan seorang perwira muda bernama Letnan Dua Aloysius Sugianto dari Markas Besar Angkatan Darat.
Dalam pertemuan ini, Idjon diminta melatih pasukan komando di pendidikan Combat Intelligent Course (CIC) II, Bogor, yang kini menjad bagian Pusat Pendidikan Intel di bawah Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI.