Jumat, 17 Mei 2024

Kabar Trending

Kini Berjaya Lagi, Kisah Jatuh Bangun Salim Group, Identik dengan Soeharto dan Jadi Korban Kerusuhan Rasial 98

Rabu, 24 Januari 2024 17:11

Salim Group

Kondisi ini membuat BCA yang tidak lagi dipercaya masyarakat terancam bangkrut. 

Rangkaian krisis ini mencapai puncak pada Mei 1998.

Kedekatan dengan Soeharto rupanya menjadi malapetaka bagi Salim saat itu. 

Munculnya sentimen anti-Soeharto buntut meluasnya krisis ekonomi ke kemelut politik menjadi pukulan telak bagi Salim. 

Rakyat yang mengetahui kedekatan keduanya menjadikan Salim sebagai target sasaran. 

Ini terjadi usai unjuk rasa beralih menjadi kerusuhan rasial pada 13 Mei 1998.

Saat itu, Jakarta dan sekitarnya dilanda kerusuhan, penjarahan, dan pembakaran terhadap rumah, bangunan pertokoan dan banyak kendaraan (Kompas, 14 Mei 1998). 

Aksi ini dilakukan oleh massa yang sudah terprovokasi. 

Mereka menyasar bangunan dan kendaraan milik orang Tionghoa, bahkan menargetkan orang Tionghoa itu sendiri.

Jemma Purdey dalam Kekerasan Anti-Tionghoa di Indonesia 1996-1999 (2013) menjelaskan munculnya sentimen rasial terhadap Tionghoa disebabkan karena ada stereotip bahwa mereka patut dibenci hanya karena kaya raya dan dekat dengan penguasa Soeharto

Dan tokoh sentral yang melekat dengan deskripsi itu adalah Sudono Salim.

"Perusahaan para cukong dan keluarga Soeharto merupakan sasaran utama pembakaran dan penjarahan. 

Bank Central Asia milik Liem Sioe Liong merupakan objek serangan utama," tulis Ricklefs.

Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016), mengungkapkan meski dijadikan target amukan massa, Sudono Salim, istri, dan beberapa anaknya sedang berada di Amerika Serikat menemani Salim yang bakal operasi mata. 

Di Jakarta, hanya ada Anthony Salim yang bekerja di Wisma Indocement, Jl. Sudirman.

Anthony kala itu sampai tidak berani pulang ke rumah bapaknya di kawasan Roxy. 

Sebab, kerusuhan massa juga menyasar permukiman warga Tionghoa. 

Dikhawatirkan, jika Salim berdiam diri di rumahnya, dia bisa terbunuh.

Prediksi itu kemudian benar terjadi. Pagi hari pada 14 Mei, Anthony menerima kabar kalau rumah bapaknya didatangi sekelompok pemuda bertampang mengancam, bersenjatakan jerigen bahan bakar, dan perkakas. 

Mereka ingin masuk ke rumah mewah Liem.

Anthony tak berkutik. Dia segera memerintahkan satpam untuk mempersilahkan massa masuk merusak rumahnya, ketimbang dihadang dan terjadi pertumpahan darah.

"Dalam sekejap, seluruh mobil di garasi terbakar, termasuk juga seisi rumah. 

Halaman 
Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
POPentertainment