Selain pemilahan, Aan juga mempertimbangkan penggunaan insinerator untuk mengolah residu sampah yang tidak bisa didaur ulang.
Sampah tersebut akan dibakar dengan teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi volume limbah.
Namun, hingga saat ini belum ada kajian anggaran resmi mengenai pengadaan insinerator.
Andriansyah menyebutkan bahwa ia sedang merancang versi insinerator dengan biaya terjangkau, dan jika memungkinkan, program Probebaya dapat dijadikan sumber pendanaan.
“Kalau biayanya sekitar Rp10 juta, cukup gunakan Probebaya saja,” tambahnya.
Untuk tahap awal, sistem Si Pesut akan diuji coba di dua Rukun Tetangga (RT) dengan karakteristik berbeda.
“Karakter warga di kedua wilayah ini pasti berbeda. Ini penting untuk melihat apakah sistem ini fleksibel dan efektif di berbagai kondisi,” jelas Aan.