“Bahagia itu pasti. Bahkan semua keluarga, teman-teman semua ikut bahagia. Nda sia-sia prosesnya,” kata Is penuh bangga.
Dengan bakat dan raihan prestasi yang telah didapat anaknya, Iis tentu semakin yakin untuk terus mendorong Gibran untuk mengasah potensinya.
“Kami sebagai orang tua mendukung penuh kegiatan anak. Apalagi dia memang bercita-cita menjadi pemain sepak bola level nasional hingga di level internasional,” dukungnya.
Selain orang tua, dukungan terhadap bakat Gibran juga didapat dari pihak sekolah. Dukungan SMK Medika Samarinda terhadap karir Gibran bukan tanpa alasan.
Sebab di era informatika saat ini, dunia pendidikan yang menganut kurikulum Merdeka Belajar sudah seharusnya memberi dukungan penuh pada potensi pengembangan karakter anak.
“Dalam kurikulum Merdeka Belajar ini akademik anak-anka cuman 30 persen. 70 persen sisanya itu pada penguatan karakternya. Jadi kalau prosesnya di luar, ya penilaiannya juga di luar. Ketika udah ahli bola, logikanya, pembelajaran matematika, kimia dan fisikannya itu ada di kakinya, bukan di kepala,” tegas Kepala Sekolah SMK Medika Samarinda, Mus Muliadi.
Selain memberi dukungan penuh, kepada media ini Mus Muliadi juga mengaku turut senang dan bangga atas keberhasilan Gibran yang sukses menembus seleksi Tim EPA U-16 RANS Nusantara FC.
“Yang pasti pesan saya, jangan ingat sekolahnya. Sepanjang ada berpotensi di bidang bola seperti Gibran, yang harus diingat adalah bagaimana bola mu bisa bagus, bisa berprestasi, dan bisa menghasilkan kemandirian,” tutupnya.
(*)