Merespons persoalan ini, Dirjen Dukcapil Kemendagri, Teguh Setyabudi, mengatakan "sejauh ini tidak ditemukan jejak kebocoran data" pada Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Terpusat online yang dijalankan oleh Ditjen Dukcapil Kemendagri.
Alfons Tanujaya, mengatakan kalau merujuk dari jumlahnya yang melampui jumlah penduduk Indonesia, ada kemungkinan data tersebut memuat informasi warga yang sudah meninggal.
Jutaan data inti warga Indonesia ini, sambung Alfons, diduga "dikopi mentah-mentah" dari server dukcapil.kemendagri.go.id lantaran memuat 69 kolom yang 28 kolom di antaranya mengandung informasi pribadi penting.
Dari satu juta data sampel yang bisa diakses, informasi-informasi yang dibocorkan berisi nomor induk kependudukan (NIK), nama lengkap, tanggal lahir, nomor akta lahir, golongan darah, agama, dan status pernikahan.
Kemudian nomor akta nikah, nomor akta cerai, tanggal nikah, tanggal cerai, dan yang cukup memprihatinkan - kata Alfons - adalah kelainan fisik.
Ada pula data pendidikan akhir, jenis pekerjaan, NIK ayah, NIK ibu, nama lengkap ayah, dan nama lengkap ibu.
Tapi yang menjadi perhatian Alfons dan tak seharusnya bobol adalah data soal nama lengkap ibu kandung. Sebab informasi itu menjadi sandi pertanyaan keamanan yang digunakan perbankan untuk memverifikasi data pemegang rekening.
Dengan mengantongi informasi soal nama ibu kandung, maka siapapun bisa dengan mudah mengaku-ngaku atau mewakili pemilik rekening dan menguras isi rekening pemilik yang sah. (*)