"Apakah Indonesia rela mempertaruhkan citranya sebagai benteng perdamaian dan keamanan – hanya demi apa?".
Dubes Hamianin mengatakan bahwa tiga anak, ipar, dan neneknya berada di Kiev – mereka ini adalah target para penjajah Rusia. Mereka menolak untuk mengungsi. Mereka memutuskan untuk lebih baik mati bersama dengan sesama warga Ukraina daripada menyerah kepada para pembunuh fasis Rusia.
"Saya berharap Pemerintah Indonesia berani mengecam agresi Rusia dan mendukung Ukraina – serta seluruh dunia – dalam melawan invasi, layaknya Yang Mulia mengharapkan negara-negara asing pada tahun 1945-1949 menyuarakan dengan lantang dukungannya terhadap Indonesia."
"Memang benar, kemerdekaan adalah hak segala bangsa, oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Kami sangat yakin bahwa Pemerintah Indonesia menentang keras segala bentuk penjajahan, maka kami mohon untuk menolaknya dengan tegas."
"Katakanlah bahwa yang benar itu benar dan apa yang salah itu salah, seperti yang tertulis dalam firman Allah dalam Al-Qur’an. Tiada bangsa yang bisa tetap acuh tak acuh saat bangsa lain sedang terancam dihancurkan sepenuhnya.Tiada justifikasi bagi agresi. Saat ini Ukraina sangat membutuhkan bantuan militer dan kemanusiaan: peralatan, obat-obatan, selimut, helm, rompi lapis baja – apa pun yang dapat digunakan untuk mengakhiri perang kejam yang dimulai oleh Rusia.Saya meminta dukungan dan bantuan Anda.Tuhan memberkati rakyat Ukraina. Tuhan memberkati rakyat Indonesia," kata Dubes Hamianin mengakhiri surat terbukanya untuk Indonesia. (Redaksi)
Ikuti informasi Popnews.id lainnya di GOOGLE NEWS.