Minggu, 22 Desember 2024

Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia, EHFA Gelar Indonesia Mental Health Movement di Kasablanka Mall

Selasa, 25 Oktober 2022 19:30

BERFOTO - Emotional Health for All (EHFA) mengadakan Indonesia Mental Health Movement: It Starts and Ends with Us pada 29 Oktober 2022 di The Kasablanka Hall, Kota Kasablanka Mall Lantai 3/ Foto: Dok narsum

POPNEWS.ID - Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental, Emotional Health for All (EHFA) mengadakan Indonesia Mental Health Movement: It Starts and Ends with Us pada 29 Oktober 2022 di The Kasablanka Hall, Kota Kasablanka Mall Lantai 3.

Acara ini merupakan kerja sama antara EHFA, Yayasan Kesehatan Umum Kristen (YAKKUM), dan Black Dog Institute.

EHFA dan para partner mengajak masyarakat untuk mulai sadar akan pentingnya memprioritaskan kesehatan mental dan mawas diri, karena menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.

Topik kesehatan mental sebenarnya semakin terdengar beberapa tahun ini dan membuat orang-orang mulai peduli dengan kesehatan mental. Namun, ternyata permasalahan kesehatan mental di Indonesia dinilai cukup tinggi.

Dr. Sandersan (Sandy) Onie, Project Leader & Founder EHFA dan President Indonesian Association for Suicide Prevention, menjelaskan bahwa berdasarkan penelitian terbaru, ditemukan tingkat bunuh diri di Indonesia yang sebenarnya mungkin setidaknya 4 kali lipat dari angka yang dilaporkan, dan jumlah percobaan bunuh diri setidaknya 7 kali lipat dari jumlah tersebut.

”Data lainnya menunjukkan bahwa hanya terdapat 4.400 psikolog dan psikiater di Indonesia, denganjumlah populasi lebih dari 250 juta orang. Terkait dengan hal ini, jumlah tenaga kesehatan mental di Indonesia dinilai minim. Kesehatan mental tidak mengenal usia, jenis kelamin, agama, ataupun status sosial. Semua orang berhak mendapatkan akses layanan dan penanganan kesehatan mental yang tepat," ujarnya.

Mengenai penanganan masalah kesehatan mental melalui pendekatan agama, Dr. Sandersan menjelaskan bahwa ia sering menemukan kejadian diskriminasi yang didasarkan pada keyakinan yang keliru tentang agama. Contohnya, orang dianggap memiliki gangguan kesehatan mental akibat imannya kurang, mengalami kesurupan, dan stigma lainnya yang mengabaikan masalah kesehatan mental.

Hal ini menyebabkan kemajuan edukasi tentang kesehatan mental sangat lambat.

Untuk itu, dalam acara ini EHFA, YAKKUM, dan Black Dog Institute akan melaksanakan Deklarasi Relio-Mental Health Indonesia yang merupakan acara deklarasi kesehatan mental lintas agama untuk mengatasi tantangan kesehatan mental di Indonesia.

Deklarasi Relio-Mental Health yang akan ditandatangani oleh para perwakilan pemuka agama adalah bentuk dukungan agama terhadap kesehatan mental masyarakat Indonesia.

Penandatanganan deklarasi ini menjadi bukti bahwa agama di Indonesia mendukung kesehatan mental dan tidak menyampingkan masalah kesehatan mental yang dialami masyarakat Indonesia.

Di media sosial, para ahli hingga influencer mulai membagikan topik mengenai kesehatan mental. Namun, masyarakat cenderung mendiskriminasi dan mengucilkan orang yang mengalami gangguan kesehatan mental.

Stigma yang masih beredar di masyarakat adalah orang dengan gangguan kesehatan mental dianggap gila atau tidak waras. Akibatnya, keluarga dan korban dari gangguan kesehatan mental menjadi malu untuk mencari pertolongan profesional.

Masyarakat juga masih menganggap kesehatan mental dan bunuh diri sebagai sesuatu yang tabu dan masih memiliki kesalahpahaman mengenai kesehatan mental, padahal kesehatan mental adalah aspek penting yang mendorong produktivitas. Terkait dengan kesehatan mental, bunuh diri, dan produktivitas, Dr. Sandersan menjelaskan bahwa kesehatan mental dan bunuh diri berdampak besar pada ekonomi, dengan perkiraan biaya Rp 582 triliun per tahun dalam kematian dan hilangnya produktivitas.

Sementara itu, kemajuan untuk penanganan kesehatan mental berjalan lambat. 

"Dengan demikian, kesehatan mental adalah sesuatu yang harus disadari oleh masyarakat agar dapat tetap hidup produktif," ucapnya. 

Melalui acara ini, EHFA ingin membentuk rasa peduli masyarakat akan kesehatan mental serta mendorong masyarakat untuk meninggalkan stigma negatif terhadap gangguan kesehatan mental. Dengan adanya para pakar dan Deklarasi Relio-Mental Health yang akan ditandatangani para pemuka agama, acara ini diharapkan menjadi langkah awal yang dapat mengubah pandangan masyarakat Indonesia terhadap kesehatan mental.

Saat acara ini berlangsung pada 29 Oktober 2022 nanti, audiens dapat mengikuti mental health screening secara offline maupun online. Mental health screening ini dapat menjadi langkah awal untuk lebih memahami kondisi kesehatan mental. Audiens yang menghadiri acara secara offline juga dapat berbincang-bincang dengan para pakar atau psikolog yang hadir.

Indonesia Mental Health Movement: It Starts and Ends with Us juga merupakan official attempt untuk memecahkan Guinness World Records World’s Largest Mental Health Awareness Lesson (online dan offline).

(redaksi)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
POPentertainment