Jumat, 22 November 2024

Berita Internasional Hari Ini

Peneliti Afrika Selatan Sebut Omicron Fase Akhir Pandemi, Betulkah?

Sabtu, 8 Januari 2022 19:14

Ilustrasi peta dunia

POPNEWS.ID - Peneliti dari Afrika Selatan menyebut jika Covid-19 varian Omicron menunjukkan gejala lebih ringan dari varian sebelumnya, Delta.

Karena melihat pola di Afrika Selatan, peneliti sebut jika varian Omicron mungkin jadi tanda berakhirnya lonjakan pandemi.

"Berlanjut dan berulang secara global ... Omicron mungkin merupakan pertanda berakhirnya fase epidemi (krisis kesehatan)," demikian keterangan peneliti dari laporan International Journal of Infectious Diseases, dokter di Rumah Sakit Akademik Steve Biko di Kota Tshwane, Afrika Selatan melalui Reuters.

Mereka bandingkan sebanyak 466 pasien varian Omicron yang dirawat sejak pertengahan November 2021 dengan 3.976 pasien yang dirawat sebelum itu.

Hasilnya, tercatat tingkat kematian selama lonjakan Omicron adalah 4,5% persen.

Sementara tingkat kematian yang terjadi sebelumnya capai 21,3 persen.

Fakta lainnya yang diketahui adalah pemulangan pasien Omicron lebih cepat.

Mereka rata-rata akan dipulangkan setelah 4 hari perawatan.

Untuk pasien yang terinfeksi varian sebelumnya, akan dipulangakn setelah dirawat 8 hari.

Data-data itu jadi referensi bagi para penerliti Afrika Selatan untuk simpulkan bahwa gejala akibat varian Omicron lebih ringan dibanding varian Delta.

Optimisme pun disampaikan peneliti di Afrika Selatan.

Mereka melihat harapan akan berakhirnya gelombang COVID-19 dengan lebih cepat dari sebelumnya.

Angka kematian juga diketahui lebih rendah dibanding gelombang COVID-19 sebelumnya.

Dokter juga sebut tingkat rawat inap di rumah sakit berpotensi turun pada periode pekan mendatang.

Menurut kalkulasi mereka, jumlah tempat tidur yang terisi pasien penderita Covid sebanyak separuh dari periode sebelumnya.

Itu terjadi saat puncak lonjakan varian Omicron.

"Wabah Omicron telah menyebar dan menurun ... dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, memuncak dalam empat minggu," kata para peneliti, dikutip dari Reuters, Sabtu (8/1/2022).

Meski begitu, para peneliti Afrika Selatan juga sampaikan hasil penelitian masih variatif di banyak negara.

Hasil itu berdasarkan adanya perbedaan karakteristik populasi, serta tingkat kekebalan dari infeksi dan vaksinasi COVID-19. (Redaksi)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
POPentertainment