“Secara keseluruhan, kripto turun, termasuk penurunan harga pada Jumat (pekan lalu) yang diyakini beberapa orang berkorelasi dengan laporan latihan militer Rusia yang menunjukkan invasi dan kemungkinan perang sudah dekat,” kata Joe DiPasquale, CEO BitBull Capital.
Tapi, volume perdagangan selama seminggu terakhir sekitar setengah dari level tahun lalu, yang mengarah ke volatilitas harga yang tinggi.
"Minggu lalu telah melihat harga kripto utama naik dan turun tajam," ujarnya, seperti dikutip CoinDesk.
Kinerja berombak mata uang kripto sebagian besar meniru indeks saham utama, yang turun tajam pada Jumat (11/2) pekan lalu. S&P 500 turun hampir 2% pada Jumat dan Nasdaq yang berfokus pada teknologi anjlok 2,7%.
Yang jelas, harag Bitcoin dan Ethereum siap untuk Februari setelah bulan pertama tahun ini lesu.
Tetapi, Solana dan mata uang kripto alternatif alias altcoin lainnya turun "karena kegelisahan atas ketidakamanan dalam protokol wormhole," DiPasquale menyebutkan.
Hanya, dia menambahkan, "apa pun bisa terjadi" jika harga Bitcoin mendekati US$ 40.000 karena volume perdagangan yang lebih rendah.
"Jika garis support bertahan, kita bisa melihat pantulan yang besar. Jika tidak, kita bisa melihat penurunan yang signifikan," imbuhnya. (*)