POPNEWS.ID - Pandemi dan krisis medis yang melanda dunia tak menghentikan laju pembangunan teknologi nuklir.
Demikian pula dengan ledakan reaktor nuklir pembangkit listrik di Chernobyl Uni Soviet (wilayah Ukraina saat ini) 26 April 1986 lalu.
Atau kebocoran reaktor nuklir Fukushima Jepang akibat gempa di tahun 2011 seperti angin lalu.
Pembangunan dan kepemilikan negara-negara akan reaktor nuklir terus bertambah. Rencana-rencana baru proyek pembangunan reaktor nuklir pun tetap bermunculan. Seperti sedang mencuri adegan.
Hingga akhir Desember 2021, total reaktor nuklir yang beroperasi di dunia tercatat 415 unit.
Data dari World Nuclear Industry Status Report 2021 per Juli 2021 menyatakan kepemilikan terbanyak reaktor nuklir aktif masih dipegang Amerika Serikat. Jumlahnya mencapai 93 reaktor nuklir.
Prancis ada di posisi kedua pemilik reaktor nuklir terbanyak di dunia. Jumlah reaktor nuklir di Prancis berjumlah 56 unit.
Negara ketiga terbanyak yang miliki reaktor nuklir adalah China dengan 51 reaktor nuklir dan berikutnya adalah Rusia dengan jumlah reaktor nuklir mencapai 38 unit.
Negara-negara lainnya antara lain Jepang 33 reaktor nuklir dan Korea Selatan 24 unit.
Diketahui bahwa reaktor nuklir dikembangkan beberapa negara menjadi sumber energi alternatif. Nuklir di beberapa negara digunakan untuk menghasilkan energi listrik pengganti bahan bakar fosil yang terus menipis.
Reaktor nuklir juga bisa menjadi penelitian dan membuat radioisotop.
Region Asia Terbanyak Bangun Reaktor Nuklir
Dari sumber World Nuclear Assocation (Asosiasi Nuklir Dunia atau WNA) diketahui region Asia adalah wilayah yang paling banyak membangun reaktor nuklir.
Laporan World Nuclear Assocation, jumlah reaktor nuklir yang sedang dibangun di Asia sebanyak 35 reaktor. Jumlah itu tercatat per Desember 2021.
Di Asia juga, 56 unit reaktor nuklir masih dalam tahap perencanaan. Ada pula rencana pembangunan reaktor nuklir di Asia sebanyak 220 reaktor. Tapi rencana itu masih dalam tahap pengajuan.
Saat ini China tercatat punya proyek pembangunan reaktor nuklir 17 unit. Di antara negara lain di Asia yang sedang menjalankan proyek serupa, China yang paling banyak.
China juga telah menyusun rencana pembangunan 37 proyek reaktor nuklir. Untuk proyek yang sedang diajukan ada 168 reaktor.
Dibandingkan Asia, proyek pembangunan reaktor nuklir di wilayah Eropa terbilang kurang dari 20 unit. Ada 15 reaktor nuklir yang sedang dibangun. Eropa disebut punya 37 reaktor nuklir yang masih direncanakan. Sementara 51 unit reaktor masih tahap diajukan.
Senjata Nuklir Siaga
Dilansir dari Sindonews, Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) merilis laporan adanya 2.000 senjata nuklir dalam keadaan siaga tinggi.
Dua negara di antaranya adalah Amerika Serikat dan Rusia.
Negara-negara yang menyiagakan senjata berbahaya itu antara lain Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
Laporan itu diterbitkan SIPRI pertengahan tahun 2021, Senin (14/6/2021).
Hal itu sesuai dengan laporan International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN). ICAN nyatakan bahwa jumlah senjata nuklir yang disiagakan jumlahnya naik.
ICAN menyebut total USD72 miliar atau lebih dari Rp1.027 triliun disiapkan untuk senjata nuklir.
Sembilan negara itu antara lain Amerika Serikat (AS), Rusia, China, Inggris, Prancis, India, Israel, Pakistan dan Korea Utara (Korut).
Hal itu dinilai ICAN kontradiktif di tengah kebutuhan medis meningkat tapi ada biaya yang dikeluarkan untuk mempersenjatai negara masing-masing.
“Sementara tempat tidur rumah sakit penuh dengan pasien, dokter dan perawat bekerja berjam-jam dan persediaan medis dasar langka, sembilan negara mendapati mereka memiliki lebih dari USD72 miliar untuk senjata pemusnah massal mereka,” demikain laporan ICAN. (Redaksi)