"Jadi menurut saya agak susah mengharapkan pertumbuhan di atas 5%, kita sudah baik kalau bisa mempertahankan di 5%," ucap Mari Kamis (30/5/2024).
Mari mengatakan, komponen penunjang pertumbuhan, seperti investasi dan ekspor memang sulit diperoleh karena masalah global, membuat ekonomi Indonesia beberapa tahun terakhir hanya ditopang konsumsi domestik.
Maka, ia menganggap perlu inovasi tinggi untuk mencari sumber pertumbuhan supaya ekonomi bisa naik di atas 5%.
Sebagaimana diketahui, hingga kuartal I-2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 5,11% secara tahunan, mayoritas masih ditopang konsumsi rumah tangga yang porsinya sebesar 54,93%, diikuti investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 29,13%, ekspor 21,37%, konsumsi pemerintah 6,25%, dan konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) 1,43%.
Oleh sebab itu, Mari mengungkapkan, strategi yang bisa ditempuh untuk menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru dari sisi eksternal atau ekspor khususnyq ialah dengan memanfaatkan kekuatan ekonomi kawasan, seperti di ASEAN maupun Asia.
Integrasi ekonomi di kawasan itu menurutnya penting dilakukan di tengah membesarnya fragmentasi ekonomi global seperti konflik perdagangan antara China dan Amerika Serikat yang mengganggu aktivitas ekonomi kedua negara itu.
Sebagai informasi Dana Moneter Internasional (IMF) pun memperkirakan ekonomi China pada tahun ini hanya tumbuh 5% dan merosot ke 4,5% pada 2025. Padahal, sebelum pandemi ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia itu mampu tumbuh konsisten di kisaran 6%-7%.
"Solusinya kita mesti pandai-pandai menavigasi dan pandai-pandai mencari sumber pertumbuhan ekonomi di kawasan kita, jadi kita perlu mendalam intergrasi di kawasan Asia Timur, basisnya di ASEAN, kita punya RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) itu Asia Timur, kita bisa jadi lebih kuat kalau kita bangun regional supply chain," tutur Mari.