Prosesi siraman biasanya dilakukan oleh orang tua atau perwakilan keluarga yang dituakan. Air akan mengguyur tubuh calon mempelai yang biasanya ditutupi oleh kain jarik dilapisi dengan roncean bunga melati, utamanya pada wanita.
Secara adat Jawa, air yang digunakan untuk prosesi siraman harus berasal dari air tanah, bukan air ledeng. Kakak sekaligus Juru Bicara Panitia Pernikahan Kaesang-Erina, Gibran Rakabuming Raka menyebutkan bahwa air siraman yang digunakan diambil dari tujuh sumber air.
"Ada tujuh sumber [air]," ujar Gibran, beberapa waktu lalu.
Sumber air itu di antaranya dari Masjid Agung Mangkunegaran Al-Qushto, Masjid Agung Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran, Keraton Surakarta, Umbul Pengging di Boyolali, sumur rumah nenek Kaesang di Sumber, dan air yang diambil dari rumah pribadi Presiden Joko Widodo.
Prosesi siraman sendiri bertujuan untuk membersihkan lahir dan batin calon pengantin agar siap menjalankan kehidupan pernikahan. Pembersihan secara lahir dilambangkan dengan siraman air, sedangkan pembersihan batin dilakukan dengan memanjatkan doa.
Menukil ulasan berjudul "Makna Simbolik Upacara Siraman Pengantin Adat Jawa" yang dipublikasikan dalam jurnal Walisongo, hakikat dari siraman tak hanya sekadar membersihkan badan, tetapi juga membersihkan jiwa atau membersihkan diri dari noda dan dosa serta sifat-sifat yang kurang baik.