Pejabat pemerintah itu adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri BUMN, Erick Thohir.
Menteri Luhut dan Menteri Erick membantah keras jika mereka mengambil keuntungan dari bisnis tes PCR.
Bantahan itu tentang adanya hubungan PT GSI yang dirintis perusahaan yang punya hubungan terkait dengan mereka yakni PT Adaro Energy dan PT Toba Bumi Energi.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga pernah jelaskan, dari jumlah total tes PCR yang mencapai 28,4 juta, PT GSI hanya melakukan tes sebanyak 700 ribu.
"Jadi kalau dikatakan bermain, kan lucu ya, 2,5% gitu. Kalau mencapai 30%, 50% itu oke lah bisa dikatakan bahwa GSI ini ada bermain-main," ujar Arya Sinulingga seperti dinyatakan Katadata.
Arya Sinulingga jelaskan bahwa Yayasan Adaro yang dikaitkan dengan Erick Thohir hanya memegang saham 6% di GSI.
Dengan saham 6%, menurut Arya Sinulingga, peran Yayasan Adaro di tes PCR kecil.
Arya katakan juga bahwa Erick Thohir tidak berurusan dengan bisnis dan yayasan sejak menjabat menteri kabinet Jokowi.
2. Perusahaan mandiri tes PCR layanan umum
Masih dari laporan Katadata, beberapa perusahaan besar tes PCR yang menyasar kalangan umum.
Perusahaan-perusahaan ini bergerak sendiri untuk mengadakan layanan tes PCR kepada masyarakat tanpa campur tangan pemerintah.
Perusahaan itu antara lain:
1. SwabAja
Satu perusahaan yang menggarap tes PCR adalah SwabAja. SwabAja berada di bawah naungan PT PT Satu Laboratika Utama.
Perusahaan ini didirikan Erwin Aksa, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
Hingga 2021 lalu, dari laporan Katadata, SwabAja punya 33 outlet tes PCR. Lokasinya tersebar dari Jakarta, Makassar, Batam, Bali, Yogyakarta, Surabaya, hingga Semarang.
Menurut Erwin Aksa, pendirian perusahaan SwabAja karena adanya kebutuhan tes internal Grup Bosowa milik ayahnya, Aksa Mahmud.
“Kami memiliki ribuan karyawan yang tersebar di berbagai daerah. Kami membutuhkan screening tes PCR karyawan itu tiap minggu,” begitu Erwin Aksa jelaskan kepada Katadata.co.id.
Dari kebutuhan internal itu, Erwin Aksa melihat adanya peluang bisnis tes PCR. Pasalnya, saat itu jumlah pemeriksaan dan fasilitas tes PCR masih sedikit.
Di sisi lain, menurut Erwin Aksa, kebutuhan tes PCR masyarakat melonjak. Kemudian SwabAja memperluas jangkauan usahanya di beberapa kota besar di Indonesia agar bisa mendeteksi di seluruh daerah.
Erwin juga yakin kebutuhan PCR tak akan berkurang meski pandemi tengah surut.
Tes PCR akan tetap dibutuhkan untuk mendeteksi pelbagai penyakit, seperti Tuberkulosis hingga kanker. Tes PCR juga bisa dipakai untuk industri makanan dan minuman halal dalam memeriksa DNA babi.
"Jadi bisa multipurpose,” kata Erwin Aksa.
2. Bumame Farmasi
Perusahaan yang berbisnis tes PCR lainnya adalalah Bumame Farmasi. Perusahaan tes PCR ini ada di bawah naungan (PT Budimanmaju Megah Farmasi).
Buname Farmasi diketahui punya 41 gerai. Lokasinya tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Malang, Palembang, Yogyakarta dan Bali.
Saham PT Budimanmaju Farmasi dominan milik PT Bumame Jakarta Indonesia, milik pengusaha Jack Budiman.
3. Smartcolab
Smartcolab berdiri oleh pengusaha HIPMI, Sari Pramono. Smartcolab menggandeng artis/pengusaha, Ruben Onsu.