Meskipun bisnis makanan tengah lesu akibat melonjaknya harga bahan baku, Ajinomoto tetap mencatatkan untung besar dari segmen lainnya.
Pada tahun berjalan, laba perusahaan sudah melonjak hingga 83 miliar yen.
"Mereka memperkuat portofolio bisnis mereka dengan meninggalkan bisnis produk nutrisi hewan yang tidak menguntungkan," beber Satoshi Fujiwara, analis riset di Nomura Securities.
Ajinomoto sempat jaya-jayanya dengan mencapai rekor harga saham tertinggi pada tahun 1987, saat perusahaan tersebut baru saja meluncurkan obat antikanker Lentinan.
Obat ini bekerja dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang secara kebetulan langsung naik daun karena karena dirilis selama epidemi HIV AIDS.
Namun harga saham kemudian menurun, mencapai titik terendah pada 625 yen pada Maret 2009 akibat kemerosotan industri asam amino.
Ajinomoto mengalami kerugian bersih untuk tahun fiskal 2008, ketika asam amino menyumbang sekitar 30 persen dari laba operasinya. (*)