POPNEWS.ID - Ajinomoto, produk penyedap rasa alias micin legendaris di Indonesia banting stir.
Diketahui, selama beberapa dekade, Ajinomoto menjadi merk MSG terkenal di Tanah Air.
Kini, Ajinomoto juga menjadi produsen chip semikonduktor.
Sekadar informasi, chip semikonduktor merupakan komponen penghantar listrik yang didesain secara spesifik.
Semikonduktor dipakai untuk berbagai macam perangkat elektronik seperti chip laptop hingga ponsel.
Dilansir dari Nikkei, Sabtu (3/12/2022), saham perusahaan Ajinomoto yang diperdagangkan di bursa melejit 0,9 persen atau mencapai rekor tertingginya di harga 4.357 yen atau setara Rp 500.463 per lembar sahamnya.
Kenaikan saham Ajinomoto ini tak lepas dari ketertarikan investor atas keputusan perusahaan yang melakukan diversifikasi bisnis secara besar-besaran.
Harga saham Ajinomoto terbaru ini melampaui rekor harga saham yang dicatat pada Maret 1987 senilai 4.350 yen.
"Saham kami diburu investor karena melihat pertumbuhan bisnis," kata Eiichi Mizutani, General Manajer Departemen Keuangan Global Ajinomoto.
Meski terkenal sebagai pembuat micin, Ajinomoto terbukti mampu masuk ke industri berteknologi tinggi dalam pembuatan chip.
Bahkan, perusahaan ini memiliki keunggulan dengan pengalamannya sebagai produsen MSG, di mana dalam produksi chip di pabriknya, Ajinomoto juga mengandalkan teknologi asam amino yang juga dipakainya untuk membuat penyedap rasa.
Meski untuk produksi chip semikonduktor terbilang baru, Ajinomoto sudah melakukan diversifikasi bisnisnya di luar segmen makanan sejak lama.
Bahkan bisnis non-makanan, diperkirakan sudah menyumbang pendapatan perusahaan lebih dari 40 persen, dengan kontribusi dari penjualan chip semikonduktor cukup signifikan.
Lebih dari 60 persen penjualannya juga berasal dari luar negeri.
Meskipun bisnis makanan tengah lesu akibat melonjaknya harga bahan baku, Ajinomoto tetap mencatatkan untung besar dari segmen lainnya.
Pada tahun berjalan, laba perusahaan sudah melonjak hingga 83 miliar yen.
"Mereka memperkuat portofolio bisnis mereka dengan meninggalkan bisnis produk nutrisi hewan yang tidak menguntungkan," beber Satoshi Fujiwara, analis riset di Nomura Securities.
Ajinomoto sempat jaya-jayanya dengan mencapai rekor harga saham tertinggi pada tahun 1987, saat perusahaan tersebut baru saja meluncurkan obat antikanker Lentinan.
Obat ini bekerja dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang secara kebetulan langsung naik daun karena karena dirilis selama epidemi HIV AIDS.
Namun harga saham kemudian menurun, mencapai titik terendah pada 625 yen pada Maret 2009 akibat kemerosotan industri asam amino.
Ajinomoto mengalami kerugian bersih untuk tahun fiskal 2008, ketika asam amino menyumbang sekitar 30 persen dari laba operasinya. (*)