Mellisa mengatakan kliennya merasa dirugikan lantaran mereka tak pernah diberi tahu tentang tahapan body checking dan difoto dalam keadaan tanpa busana.
"Jadi body checking ini tidak pernah ada di rundown acara, tiba-tiba mereka dihadapkan seolah-olah ditodong harus melakukan body checking dengan cukup membuat klien kami ini terpukul merasa martabatnya dihinakan," kata Mellisa kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Senin (7/8).
Menurut Mellisa, ajang kompetisi ini seharusnya meninggikan martabat perempuan.
"Ajang kompetisi yang seharusnya meninggikan value perempuan ya terutama, tetapi justru diperlakukan seperti objek sehingga hari ini alhamdulillah sudah diterima laporan kami di SPKT tadi terkait dengan adanya dugaan tindak pidana tindak kekerasan seksual," ujar Mellisa.
"Kami menduga perbuatan yang mereka lakukan sudah merendahkan harkat dan martabat seorang perempuan," sambungnya.
Adanya pria di ruangan tempat body checking itu juga termasuk hal yang menjadikan korban merasa keberatan.
"Ditambah lagi dalam pada saat dilakukannya body checking, tidak hanya sesama jenis yang ada di sana, tetapi ada pihak lawan jenis, dan ini kan sangat menyakitkan hati, baik oleh keluarga N, orang terdekat, sponsor, dan lain-lain itu kan sungguh sangat mengecewakan," ungkap Mellisa. (*)