Jumat, 17 Mei 2024

Penelitian Menyebutkan Orang dengan Empati Tinggi Bisa Memahami Emosi Hewan

Jumat, 30 Desember 2022 17:0

ILUSTRASI - Hewan Peliharaan./ Foto: Klikdokter

POPNEWS.ID - Dalam studi yang dipimpin oleh etolog, ahli perilaku hewan, Elodie Briefer dari University of Copenhagen di Denmark menemukan bahwa orang yang memiliki skor empati tinggi lebih baik dalam mengidentifikasi emosi hewan.

Sehingga mereka bisa merasakan saat hewan sedang bahagia atau kesusahan hanya lewat rengekan atau lenguhan? Jika bisa, itu mungkin pertanda bahwa kamu berempati tinggi.

Studi tersebut mengikuti investigasi serupa yang diterbitkan oleh Briefer pada awal 2022. Ini temuan mereka :

Metode Penelitian Emosi Hewan

1. Mengumpulkan Rekaman Suara Hewan
Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan rekaman suara dari hewan peliharaan yakni babi, kuda, kambing, dan sapi dan hewan liar yaitu babi hutan dan kuda liar Przewalski.

Beberapa dari rekaman ini dikaitkan dengan pengalaman positif, seperti hewan yang mengantisipasi makanan atau dipertemukan kembali dengan seorang teman. Adapula suara lain saat hewan itu takut, stres, atau terisolasi secara sosial.

Detak jantung hewan peliharaan dan gerakan hewan liar digunakan sebagai ukuran seberapa kuat emosi dirasakan, atau gairah emosional, pada saat suara dibuat.

Suara manusia juga dimasukkan. Para peneliti menciptakan beberapa kata asal dan menyewa aktor untuk mengucapkannya dengan nada suara positif dan negatif.

2. Peserta Mendengar Rekaman dan Mengisi Kuesioner Empati
Dua suara dari hewan yang sama, satu dengan gairah rendah dan satu lagi dengan gairah tinggi, diperdengarkan kepada 1.024 peserta studi dari 48 negara. Orang-orang juga diminta mengisi kuesioner empati berdasarkan indeks reaktivitas interpersonal.

Indeks ini mengukur empat sifat empati, yaitu:

  • Kecenderungan mereka mengadopsi sudut pandang orang lain.
  • Merasa simpati kepada orang lain.
  • Mengalami kesusahan ketika orang lain membutuhkan
  • Membayangkan diri mereka dalam situasi fiksi.

Bagaimana Hasilnya ? Secara keseluruhan, peserta yang menafsirkan suara hewan dengan benar adalah lebih dari 50 persen. Para peserta lebih bisa menafsirkan tingkat gairah emosional daripada jenis emosi pada hewan.

Jenis kelamin dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada kemampuan orang untuk menginterpretasikan suara binatang, tetapi usia memengaruhi. Orang berusia 20 hingga 29 tahun menjadi yang terbaik dalam mendeteksi emosi hewan.

Adapun peserta lebih bisa memahami suara manusia lain dan hewan peliharaan dibandingkan dengan hewan liar. Peserta yang bekerja dekat dengan hewan juga lebih baik dalam memahami mereka.

Dalam laman Science Alert, disimpulkan jika manusia yang mendapat skor tinggi untuk empati lebih mampu memahami arti suara binatang.

Temuan ini mencerminkan penelitian lain di mana manusia yang memiliki empati lebih besar terhadap kucing lebih baik dalam membedakan apakah meong mereka dikaitkan dengan pengalaman positif (seperti disikat) atau pengalaman negatif (seperti diisolasi).

(Redaksi)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
POPentertainment