Perusahaan yang berbasis di Mountain View, California, itu menambahkan bahwa mereka masih menyelidiki apa yang terjadi selama demonstrasi tersebut, dan menyiratkan masih akan lebih banyak pekerja yang dapat dipecat.
Google Dinilai Berbohong
Dalam sebuah blog, “No Tech For Apartheid” menuduh Google berbohong tentang apa yang terjadi di dalam kantornya selama apa yang mereka gambarkan sebagai "aksi duduk damai," yang mendapat dukungan luar biasa dari pekerja lain meskipun mereka tidak ikut serta.
"Tindakan pembalasan yang mencolok ini merupakan indikasi yang jelas bahwa Google lebih menghargai kontrak bernilai USD 1,2 miliar dengan pemerintah dan militer Israel yang melakukan genosida, dibandingkan dengan para pekerjanya," tegas “No Tech For Apartheid” dalam blog itu.
Kontrak yang menimbulkan kemarahan sejumlah pekerja Google ini dijalankan dalam divisi komputasi awan perusahaan yang diawasi oleh mantan eksekutif Oracle, Thomas Kurian.
Di bawah kepemimpinan Kurian, komputasi awan telah muncul sebagai salah satu divisi dengan pertumbuhan tercepat di Google, di mana tahun lalu saja pendapatannya mencapai US$33 miliar atau melesat 26% dibanding tahun 2022.
Selain pemerintah di berbagai penjuru dunia, sejumlah perusahaan swasta juga membeli layanan komputasi awan Google. (*)