Padahal, di balik lagu pop yang ceria itu terdapat sesuatu yang tersembunyi dan lebih menyeramkan, kata para ahli.
"Friendly Father" hanyalah satu dari berbagai lagu propaganda yang dihasilkan oleh para pembuat lagu pop Korea Utara dalam 50 tahun terakhir.
Lagunya ceria, dengan ketukan penuh semangat, dan gampang diingat. Irama dan hook-nya tidak jauh berbeda dengan lagu-lagu pop hits buatan Barat, meski punya ciri khas ala Soviet pada era tertentu.
“Lagu tersebut seperti ditulis oleh [kelompok musik] Abba. Lagunya ceria, gampang diingat, dan kaya rangkaian suara orkestra yang sangat menonjol,” kata Peter Moody, analis Korea Utara di Universitas Korea.
Namun ada aturan dasar ketika menulis lagu yang ditujukan untuk menembus pikiran, bukan hanya populer.
Tidak ada ruang untuk lirik abstrak atau pengaturan waktu yang terlalu rumit. Melodi harus sederhana – sesuatu yang mudah dipahami orang.
Nadanya harus diatur dalam rentang vokal tertentu sehingga semua orang dapat menyanyikannya.
Tidak ada riff multi-oktaf meskipun Korea Utara mempunyai banyak penyanyi berbakat, kata Leonzini. Massa tidak bisa mengikuti olah vokal berlebihan sehingga yang rumit-rumit harus dihilangkan.
Kumpulan lagu propaganda jarang berisi lagu yang penuh emosi.
“Intinya adalah mereka ingin memotivasi bangsa untuk berjuang mencapai tujuan bersama demi kepentingan bangsa… mereka cenderung tidak memproduksi lagu-lagu seperti balada,” ujarnya.