Menurutnya, kencangnya tuntunan dan stigma pada wanita untuk menjadi ideal sesuai standar sosial bisa menjadi salah satu pemicunya.
Selain itu, terdapat kemungkinan lain bahwa keengganan untuk menikah dan mempunyai anak sudah lama dirasakan oleh seorang wanita.
Dengan melihat banyak orang lain melakukan hal serupa, wanita tersebut merasa tervalidasi sehingga menjadi tidak ragu untuk mengikuti keinginannya.
"Semakin ke sini kita menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan yang semakin besar.
Otomatis itu berdampak kepada bagaimana kesiapan kita untuk menikah, menjadi ibu, mengurus anak," kata Indah.
"Bahkan banyak kok perempuan yang memutuskan (punya anak) satu saja. Bukan karena mereka nggak mau punya anak lagi, tetapi mereka tahu (mempunyai anak) sangat menantang ke depannya," sambungnya. (*)