POPNEWS.ID - Jelang setahun invasi Rusia ke Ukraina, pertempuran masih terus berlanjut.
Bahkan, Rusia dikabarkan menyiapkan gelombang serangan baru ke Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan memerintahkan pasukannya untuk melangkah maju di sebagian besar sektor di Ukraina timur.
Akan tetapi, Kementerian Pertahanan Inggris menyampaikan, pasukan Rusia kesulitan untuk menghasilkan terobosan besar di medan perang.
Rusia melancarkan invasinya ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Meski Rusia sudah memperoleh beberapa keuntungan di Ukraina timur alias Donbass, perlawanan dan serangan balasan dari Ukraina membuat Moskwa frustrasi.
Ukraina memprediksi, Rusia akan melancarkan gelombang serangan baru bertepatan dengan satu tahun invasi Moskwa ke negara tersebut, sebagaimana dilansir Newsweek.
Di sisi lain, Istana Kepresidenan Rusia alias Kremlin telah mengonfirmasi bahwa Putin akan menyampaikan pidato besar pada 21 Februari.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Inggris dalam pembaruan informasi intelijen pada Selasa (14/2/2023) menyampaikan, Rusia kemungkinan akan mencoba mendapatkan kembali wilayah yang sudah lepas antara September hingga November 2022.
Kementerian Pertahanan Inggris menuturkan, ada kemungkinan bahwa tujuan dari pasukan Rusia di Ukraina timur adalah untuk maju ke arah barat ke Sungai Zherberets.
Kementerian itu menambahkan, pasukan tentara dari Grup Wagner hampir pasti membuat keuntungan kecil di sekitar pinggiran utara Kota Bakhmut di Donbass, termasuk ke Desa Krasna Hora.
“Namun, pertahanan Ukraina yang terorganisir terus berlanjut di daerah itu. Kemajuan taktis Rusia ke selatan kota kemungkinan hanya membuat sedikit kemajuan,” kata Kementerian Pertahanan Inggris.
“Di utara, di sektor Kremina-Svatove di Oblast Luhansk, pasukan Rusia terus menerus melakukan upaya ofensif, meskipun setiap serangan lokal tetap dalam skala yang terlalu kecil untuk mencapai terobosan yang signifikan,” tambahnya.
Kementerian Pertahanan Inggris berujar, secara keseluruhan, gambaran operasional saat ini menunjukkan bahwa pasukan Rusia diberi perintah untuk maju di sebagian besar sektor.
“Akan tetapi, mereka tidak memiliki kekuatan tempur ofensif yang cukup di satu poros untuk mencapai efek yang menentukan,” ucap Kementerian Pertahanan Inggris. (*)