POPNEWS.ID - Buya Syafii Maarif telah dikenal sebagai sosok pemikir dan guru bangsa. Terutama di kalangan Muhammadiyah.
Tokoh Muhammadiyah bernama lengkap Ahmad Syafii Maarif dikabarkan meninggal dunia di Yogyakarta, Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WITA.
Ahmad Syafii Maarif Ketua PP Muhammadiyah periode 1998-2005 tutup usia di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Buya Syafii wafat pada usia 86 tahun.
Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah KH Haedar Nashir, Prof Ahmad Syafii Ma'arif, kembali menjalani perawatan di rumah sakit usai Idul Fitri 2022.
Sosok cendekiawan Muslim tersebut sebenarnya masih menjalani perawatan di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Direktur RS PKU Muhammadiyah Gamping, dr. Ahmad Faesol, sampaikan bahwa sosok yang akrab disapa Buya Syafii itu mulai menjalani perawatan pada Sabtu 14 Mei 2022.
Ketika masuk, Buya Maarif dapatkan perawatan karena alami sesak napas.
Dari keterangan dr. Ahmad Faesol, Buya Syafii ditangani Prof Budi Yuli Setianto. Budi adalah spesialis jantung di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Perawatan itu karena pada Maret 2022 lalu Buya Syafii sempat pula mendapat perawatan karena serangan jantung ringan.
"Dirawat sejak Sabtu kemarin, sesak napas," kata Faesol dilansir dari Republika, Senin (16/5/2022) lalu.
Faesol menduga, kondisi sesak napas yang dikeluhkan Buya Syafii masih ada kaitan dengan serangan jantung ringan yang dialaminya Maret lalu.
Meski begitu, masih perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk kepastian kondisi.
"Barangkali masih satu rangkaian," ujar Faesol.
Hari ini, pukul 10.15 WIB, Buya Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif, tokoh bangsa yang kita cintai.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Profil singkat Buya Syafii Maarif
Syafii Maarif lahir pada 31 Mei 1935 di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau.
Ayahnya adalah kepala suku dan saudagar bernama Ma’rifah Rauf Datuk Rajo Malayu. Sementara ibunya, Fathiyah wafat ketika Syafii baru berusia 18 bulan.
Syafii Maarif memulai sekolah di Sekolah Rakyat (SR). Dia juga belajar agama di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah sepulang sekolah di SR.
Syafii tamat dari SR pada 1947 tanpa ijazah karena saat itu masih terjadi perang revolusi kemerdekaan.
Setelah tamat Madrasah Muallimin Muhammadiyah Balai Tangah, Lintau, pada usia 19 tahun Syafii muda pada 1953 merantau ke Yogyakarta.
Syafii lalu belajar di Madrasah Muallimin Yogyakarta sampai tahun 1956. Di Muallimin, dia aktif dalam organiasi kepanduan Hizbul Wathan dan pernah menjadi pemimpin redaksi majalah Sinar.
Menginjak usia 21 tahun, Syafii berangkat ke Lombok memenuhi permintaan Konsul Muhammadiyah dari Lombok untuk menjadi guru di sebuah kampung bernama Pohgading sampai tahun 1957.
Syafii lalu belajar di Universitas Cokroaminoto, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP UNY, Universitas Ohio Amerika Serikat hingga Universitas Chicago, Amerika Serikat.
Organisasi
Buya Syafii Maarif menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama tujuh tahun dari 1998-2005.
Syafii Maarif juga pernah menjabat sebagai Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP).
Selepas menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, dirinya aktif dalam komunitas Maarif Institute dan menjadi tokoh bangsa yang sering menyampaikan kritik secara objektif dan lugas baik melalui tulisan-tulisannya di berbagai media.
Atas karya-karyanya, pada tahun 2008 Syafii Maarif mendapatkan penghargaan Ramon Magsaysay dari pemerintah Filipina.
Penulis Damiem Demantra membuat sebuah novel tentang masa kecil Ahmad Syafi’i Maarif, yang berjudul ‘Si Anak Kampung’ yang telah difilmkan dan meraih penghargaan pada America International Film Festival (AIFF). (Redaksi)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS