POPNEWS.ID - Film Ready Player One tengah menjadi perbincangan publik akhir-akhir ini.
Film ini sudah dirilis sejak tahun 2018.
"Ready Player One" difilmkan dengan judul serupa garapan Warner Bros Picture.
Film tersebut merupakan ekranisasi dari novel karya Ernest Cline dengan judul sama, "Ready Player One".
Novel itu terbit pada tahun 2011.
Ernest menuliskan masa depan dalam novel itu berada di tahun 2045.
Buku itu menyajikan kehidupan manusia di masa depan.
Latar dari film ini adalah dunia metaverse.
Kehidupan manusia saat itu berada di dalam dunia virtual.
Tujuannya agar manusia terhindar dari krisis iklim dan pemanasan global.
Manusia bisa mengakses dunia virtual dengan sebuah headset VR untuk menjangkau dunia VR.
Dunia VR yang dianggap Metaverse itu bernama Oasis.
Film itu bisa disebut menginspirasi metaverse mulai banyak dibicarakan orang akhir 2021.
Istilah metaverse dibicarakan ketika pemilik Facebook, Mark Zuckerberg, meluncurkan Meta sebagai brand baru Facebook.
Selain film "Ready Player One, beberapa literatur mencatat metaverse bukan istilah baru.
Kata Metaverse telah muncul dalam buku-buku di masa lalu.
Kata Metaverse pernah muncul dalam sebuah novel fiksi ilmiah berjudul "Snow Crash" karangan Neal Stepenshon. Novel itu terbit pada tahun 1992.
Novel ini menggambarkan interaksi manusia melalui wujud avatar.
Avatar adalah representasi visual manusia dalam dunia tiga dimensi.
Contoh avatar adalah profile picture akun media sosial atau karakter 2D atau 3D dalam permainan game.
Interaksi manusia dalam "Snow Crash" berada dalam sebuah ruangan virtual tiga dimensi atau 3D.
Neal Stepenshon sendiri menyebut internet dengan virtual reality (VR).
Tentang Metaverse
Bagi sebagian orang, metaverse dianggap merupakan dunia gelap yang belum terdefinisikan.
Tetapi jangan salah.
Ada orang yang mulai mengartikannya bahkan mencoba untuk mewujudkannya.
Misalnya pemilik Facebook Mark Zuckerberg atau kelompok orang yang telah menggunakan teknologi game VR dan uang kripto.
Artinya Metaverse telah teridentifikasi keberadaannya di dunia.
Meski begitu, kehidupan yang mengarah kepada metaverse belum sepenuhnya terwujud.
CEO Corporate Innovation Asia atau CIAS, Dr. Indrawan Nugroho, menyebutkan, Metaverse dianggap evolusi Internet.
Kata kunci dalam metaverse adalah digitalisasi imajinasi.
Mengutip dari Metavers Primer Matthew Ball, Dr. Indrawan Nugroro mengartikan Metaverse "adalah jaringan luas dari dunia virtual tiga dimensi yang bekerja secara real-time dan persisten. Jaringan luas dunia virtual itu mendukung kesinambungan identitas, objek, sejarah, pembayaran, dan hak. Dunia itu dialami secara serempak oleh jumlah pengguna yang tidak terbatas."
Dalam pandangan Dr. Indrawan Nugroho, metaverse akan ada dunia representasi untuk manusia.
Di dalam metaverse, manusia menjalani sebagian kehidupan. Misalnya bersosialisasi, bekerja hingga menjalankan bisnis.
"Metaverse juga akan memicu evolusi dari Kapitalisme. Metaverse akan membuka cara-cara baru menghasilkan uang," ujar Dr. Indrawan Nugroho dalam kanal Youtube pribadinya.
Dr. Indrawan Nugroho menguraikan, Metaverse akan menyajikan harapan bagi para pelaku industri kreatif. Potensi Metaverse bagi desainer grafis dan pembuat aplikasi game terbuka lebar.
Meski begitu, metaverse juga akan mengakomodasi pasar bebas. Pemilik modal kapital berpotensi menguasai lahan metaverse lebih banyak seperti menguasai kaplingan tanah di dunia nyata. (Redaksi)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.