"No Tech for Apartheid" juga mengadakan protes di New York dan Seattle, mengutip pada artikel majalah TIME edisi 12 April. Artikel itu melaporkan draft kontrak Google, yang menagih Kementerian Pertahanan Israel lebih dari USD 1 juta untuk layanan konsultasi.
Demo tersebut dihelat aktivis dan sejumlah pegawai di kantor Google di New York, Seattle, dan California. Mereka menuntut Google membatalkan sebuah proyek dengan pemerintah Israel senilai setara Rp19,4 triliun.
Sejumlah kecil karyawan "mengganggu" beberapa lokasi Google, namun protes itu "bagian dari kampanye jangka panjang yang dilakukan oleh sekelompok organisasi dan orang-orang yang sebagian besar bukan pegawai Google," kata juru bicara Google.
"Sejauh ini kami telah menyelesaikan penyelidikan individu yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja terhadap 28 pegawai, dan akan terus menyelidiki dan mengambil tindakan sesuai kebutuhan."
Google Merugi
Perbedaan pendapat yang mengguncang Google berpusat pada "Project Nimbus," kontrak senilai US$1,2 miliar yang ditandatangani pada tahun 2021, yang meminta Google dan Amazon untuk menyediakan layanan komputasi awan dan kecerdasan buatan kepada pemerintah Israel.
Google mengatakan Nimbus tidak digunakan untuk mengumpulkan data intelijen.
Dalam sebuah pernyataan, Google mengaitkan pemecatan 28 staf-nya itu dengan "perilaku yang sama sekali tidak dapat diterima" yang menghalangi sejumlah pekerja untuk melakukan pekerjaan mereka dan menciptakan suasana yang mengancam.