POPNEWS.ID - Penyebab Hepatitis Akut masih misterius.
Meski demikian, upaya medis penyembuhan penyakit yang termasuk mematikan ini terus berkembang.
Bahkan, untuk gejala ringan cukup diobati di fasilitas kesehatan tingkat pertama, seperti puskesmas.
Juru bicara Kementerian Kesehatan RI dr Mohammad Syahril mengungkap ada 33 pasien yang diduga berkaitan dengan hepatitis akut misterius.
Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, 19 di antaranya termasuk kategori discarded, sehingga total diduga kasus hepatitis akut berjumlah 14 pasien.
"Per tanggal 22 Februari itu ada 14 dugaan kasus hepatitis akut, satu di antaranya probable.
Yang 13 adalah case pending, pending klasifikasi ini satu kasus dugaan yang kita masih menunggu hasil pemeriksaan yang akan mengarah ke sana," terangnya dalam konferensi pers Kominfo, Senin (23/5/2022).
Gejala Hepatitis Akut yang Kerap Dikeluhkan Pasien di Indonesia
Demam (78,6 persen)
Hilang nafsu makan (78,6 persen)
Perubahan warna urine (teh) (64,3 persen)
Muntah (57,1 persen)
Jaundice (50 persen)
Mual (50 persen)
Diare akut (28,6 persen)
Malaise/lethargy (28,6 persen)
Nyeri bagian perut (28,6 persen)
Arthralgia/myalgia (21,4 persen)
Perubahan warna feses (pucat) (21,4 persen)
Sesak napas (14,3 persen)
Gatal (7,1 persen)
Selain itu, dr Syahril juga menyebut pasien dengan gejala awal cukup mendapatkan penanganan di Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) tanpa wajib dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar.
"Kalau dia masih gejala awal tadi dengan mual, muntah, sakit perut, sampai diare itu penanganannya sudah ada tatalaksananya.
Apakah cukup dilakukan di Puskesmas atau di Rumah Sakit Umum Daerah.
Tidak musti harus disampaikan ke rumah sakit yang lebih besar," ucapnya.
Namun, apabila gejala yang dikeluhkan pasien sudah semakin parah, perlu segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan intensif.
"Kemudian yang kedua kalau gejalanya lebih lanjut, contoh dia sudah kencingnya seperti air teh, kemudian BAB-nya seperti dempul atau pucat keputihan, dan juga ada kuning di mata, di badan, maka penanganan-nya sudah ada stepnya," lanjutnya.
"Satu lagi kalau sudah lebih berat, contohnya pasien dengan kejang kemudian kesadaran menurun, maka harus dilakukan, ditangani di RS yang lebih besar," pungkas dr Syahril. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS