Puji mengungkapkan, ketahanan keluarga akan sukar dicapai jika perempuan tidak memiliki daya, kurang percaya diri, kurang pendidikan, serta tidak memiliki bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan.
Sebabnya, upaya pemberdayaan dinilainya sudah merupakan langkah tepat sasaran.
“Selama dua tahun pandemi Covid-19 merebak, kebanyakan laki-laki yang menjadi kepala keluarga terkena PHK dan berpengaruh terhadap pemasukan keluarga.
Akhirnya membuat angka kemiskinan jadi meningkat tajam,” paparnya.
Untuk itu, Pemkot Samarinda disarankan perlu mempunyai data terpisah antara jumlah laki-laki dan perempuan.
Data tersebut dapat digunakan untuk mengambil kebijakan yang menyangkut segala aspek kehidupan perempuan.
“Masih ada buruh perempuan dibayar lebih sedikit dibanding laki-laki, karena ada anggapan perempuan kurang terampil.
Saya kira ini masih ada, hanya tidak mencuat saja,” tegasnya.