Rabu, 6 November 2024

Demi Dapat Perhatian China, Taliban Rela Jaga Situs Budha di Afghanistan, Ada Tambang Tembaga

Senin, 28 Maret 2022 17:55

Ilustrasi Taliban di Afganistan

POPNEWS.ID - Taliban berupaya mengungkit perekonomian Afganistan, usai berhasil melakukan kudeta.

China menjadi salah satu harapan terbesar bagi Taliban untuk membangkitkan lagi perekonomian yang terpuruk akibat sanksi internasional.

Taliban kini berniat melestarikan peninggalan Buddha di tambang tembaga Mes Aynak, setelah pernah mempertimbangkan untuk menghancurkan Buddha Terakota di Afghanistan.

“Melakukan hal itu adalah kunci untuk membuka miliaran investasi China,” kata Hakumullah Mubariz, kepala keamanan Taliban di lokasi tersebut, sambil mengintip ke dalam sisa-sisa biara yang dibangun oleh para biksu Buddha abad pertama.

"Melindungi mereka sangat penting bagi kami dan orang China," katanya dikutip dari AP pada Minggu (27/3/2022).

Sebelumnya, Mubariz memimpin unit tempur Taliban di pegunungan sekitar yang berperang dengan pasukan Afghanistan yang didukung AS.

Ketika pasukan Afghanistan menyerah tahun lalu, anak buahnya bergegas mengamankan lokasi itu.

"Kami tahu itu akan menjadi penting bagi negara," katanya.

Pernyataan itu jauh berbeda dengan aksi dua dekade lalu, ketika kelompok garis keras Taliban pertama kali berkuasa memicu kemarahan dunia dengan meledakkan patung Buddha raksasa di bagian lain negara itu, menyebutnya sebagai simbol pagan yang harus dibersihkan.

Setelah kembali menguasai Afghanistan, Taliban menggantungkan harapan kepada Beijing untuk mengubah tanahnya yang kaya menjadi pendapatan, demi menyelamatkan negara yang kekurangan uang di tengah sanksi internasional yang melumpuhkan.

Ratusan meter di bawah patung-patung Buddha kuno, yang duduk dalam meditasi tenang di gua-gua yang diukir di tebing-tebing berwarna coklat muda di pedesaan Afghanistan, terletak apa yang diyakini sebagai deposit tembaga terbesar di dunia.

Perubahan spektakuler Taliban menggambarkan daya pikat kuat dari sektor pertambangan Afghanistan yang belum dimanfaatkan.

Kekayaan mineral Afghanistan, diperkirakan bernilai 1 triliun dollar AS, dan sudah disorot sebagai kunci untuk masa depan yang seharusnya bisa memakmurkan.

Ironisnya tidak ada yang mampu mengembangkan itu di tengah perang dan kekerasan yang berkelanjutan.

Sekarang, beberapa negara, termasuk Iran, Rusia dan Turki sedang mencari jalan untuk berinvestasi, mengisi kekosongan yang tersisa setelah penarikan pasukan AS yang kacau.

Tapi Beijing adalah yang paling tegas.

Di Mes Aynak, China bisa menjadi kekuatan besar pertama yang mengambil proyek skala besar di Afghanistan yang dikuasai Taliban, dan berpotensi menggambar ulang peta geopolitik Asia.

Perusahaan patungan China bernama MCC sudah masuk ke Mes Aynak pada 2008.

Pemerintahan Hamid Karzai menandatangani kontrak 30 tahun untuk mengekstraksi tembaga kualitas tinggi di wilayah itu.

Studi menunjukkan situs tersebut menyimpan hingga 12 juta ton mineral.

Namun proyek tersebut tersangkut dalam masalah logistik dan kontrak, sehingga tidak pernah melewati beberapa uji coba awal.

Staf China akhirnya meninggalkannya pada 2014, karena kekerasan yang terus berlanjut.

Hanya beberapa bulan setelah Taliban merebut Kabul pada Agustus, dan mengonsolidasikan kekuasaan atas negara itu, penjabat Menteri Pertambangan dan Perminyakan yang baru dilantik Shahbuddin Dilawar mendesak stafnya melibatkan kembali perusahaan-perusahaan negara China.

Ziad Rashidi, direktur hubungan luar negeri kementerian, mendekati konsorsium yang dibentuk oleh MCC, China Metallurgical Group Corporation dan Jiangxi Copper Ltd.

Dilawar mengadakan dua pertemuan virtual dengan MCC dalam enam bulan terakhir, menurut pejabat perusahaan dan kementerian.

Dia mendesak mereka kembali ke tambang, persyaratannya tidak berubah dari kontrak 2008.

Sebuah komite teknis dari MCC akan berada di Kabul dalam beberapa minggu mendatang untuk mengatasi hambatan yang tersisa.

Namun proyek tersebut tersangkut dalam masalah logistik dan kontrak, sehingga tidak pernah melewati beberapa uji coba awal.

Staf China akhirnya meninggalkannya pada 2014, karena kekerasan yang terus berlanjut.

Hanya beberapa bulan setelah Taliban merebut Kabul pada Agustus, dan mengonsolidasikan kekuasaan atas negara itu, penjabat Menteri Pertambangan dan Perminyakan yang baru dilantik Shahbuddin Dilawar mendesak stafnya melibatkan kembali perusahaan-perusahaan negara China.

Ziad Rashidi, direktur hubungan luar negeri kementerian, mendekati konsorsium yang dibentuk oleh MCC, China Metallurgical Group Corporation dan Jiangxi Copper Ltd.

Dilawar mengadakan dua pertemuan virtual dengan MCC dalam enam bulan terakhir, menurut pejabat perusahaan dan kementerian.

Dia mendesak mereka kembali ke tambang, persyaratannya tidak berubah dari kontrak 2008.

Sebuah komite teknis dari MCC akan berada di Kabul dalam beberapa minggu mendatang untuk mengatasi hambatan yang tersisa.

Di Mes Aynak, sebuah kota Buddha berusia 2.000 tahun “duduk tidak nyaman” di atas mesin ekonomi potensial.

Sejarah modern Afghanistan yang penuh gejolak menghalangi penjelajahan arkeologi dan pengembangan tambang.

Ditemukan pada 1960-an oleh ahli geologi Perancis, situs itu diyakini sebagai perhentian penting di sepanjang Jalur Sutra sejak abad awal Masehi. Setelah invasi Soviet pada akhir 1970-an, Rusia menggali terowongan untuk menyelidiki deposit tembaga; lubang bor yang luas masih terlihat.

Ini kemudian digunakan sebagai tempat persembunyian Al-Qaeda, dan setidaknya dibom sekali oleh AS pada 2001.

Para penjarah kemudian menjarah banyak barang antik dari situs tersebut.

Namun, para arkeolog yang datang pada 2004 berhasil melakukan penggalian sebagian, mengungkap sisa-sisa kompleks yang luas, termasuk empat biara, bengkel tembaga kuno, dan sebuah benteng.

Menjadi jelas bahwa daerah itu dulunya merupakan permukiman Buddha utama, persimpangan jalan bagi para pedagang yang datang dari barat, dan peziarah dari jauh, bahkan China.

Yang mengejutkan para teknokrat non-Taliban di kementeriannya sendiri, Dilawar berkomitmen untuk menyelamatkan situs tersebut.

Kepada direktur MCC di Beijing bahwa itu adalah bagian penting dari sejarah Afghanistan, menurut dua pejabat yang hadir dalam satu pertemuan virtual.

Dia menolak skema penambangan terbuka yang akan meruntuhkan situs sepenuhnya.

Pilihan alternatif penambangan bawah tanah dinilai terlalu mahal oleh MCC.

Kementerian Kebudayaan Afghanistan ditugaskan untuk mempresentasikan rencana pemindahan relik, kemungkinan besar ke Museum Kabul.

“Kami telah mentransfer beberapa (artefak) ke ibu kota, dan kami sedang berupaya untuk mentransfer sisanya, sehingga pekerjaan penambangan dapat dimulai,” kata Dilawar kepada AP dilansir Minggu (27/3/2022). (*)


IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
POPentertainment