Temannya ini beberapa kali mengajak Ragnar ikut berkunjung ke masjid tempatnya beribadah.
Dari kunjungan-kunjungan tersebut Ragnar Oratmangoen berdiskusi soal keagamaan.
Dari situ pula Oratmangoen kecil menemukan kenyamanan dalam menjalankan kehidupan.
"Tidak, saya tidak terlahir sebagai muslim.
Saya dibesarkan sebagai seorang Kristen, tapi setelah saya tumbuh dewasa, saya menemukan jalan ke Islam," kata Ragnar Oratmangoen.
"Teman saya sering mengajak ke masjid. Mereka mengajarkan saya soal Tuhan dan bagaimana agama ini bisa membantu dalam hidup. Itu menyentuh saya dan akhirnya memutuskan untuk menjadi muslim," sambungnya.
Selama menjadi seorang muslim, ia merasa begitu terbantu dalam menjalani kehidupan. Keputusannya menjadi seorang mualaf rupanya mendapat dukungan keluarga lantaran agama dalam kultur Eropa adalah hal yang privasi.
"Sepertinya (saya masuk Islam) saat usia 15 tahun. Jadi saya juga sudah 10-11 tahun melewati Ramadhan," ungkapnya. Meski sudah cukup lama memeluk Islam, Ragnar Oratmangoen baru merasakan momen Ramadhan yang berbeda saat di Indonesia.
Pemain posisi bek kiri atau penyerang ini mengaku terkesima dengan kultur puasa di Indonesia.