POPNEWS.ID - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) umumkan adanya gempa berkekuatan magnitudo 5,2 di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Laporan BMKG itu disampaikan Sabtu malam (26/3/2022) malam.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno sebutkan dalam laporannya, gempa Kendari tidak berpotensi menyebabkan tsunami.
"Gempa bermagnitudo 5,2 di Kendari, Sulawesi Tenggara tidak berpotensi tsunami," kata Bambang Setiyo Prayitno melalui keterangan resmi BMKG Sultra, Sabtu malam.
Diketahui Sabtu (26/3/2022) pukul 20.16.40 WIB, wilayah Pantai Utara Konawe, Sulawesi Tenggara diguncang gempa tektonik.
BMKG laporkan bahwa gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo 5,1.
Menurut laporan BMKG, Episenter gempa bumi ad pada koordinat 3,83° LS ; 122,69° BT.
Titik episenter itu di lokasi laut pada jarak 5 km arah Utara Soropia, Konawe, Sulawesi Tenggara
Episenter ada di kedalaman laut 10 km.
BMKG juga sebutkan jenis gempa itu.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar Lawanopo."
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan mendatar (strikeslip)," jelasnya.
Gempa bumi ini terasa di daerah Kendari dengan skala intensitas IV MMI, daerah Kolaka, Konawe, Konawe Selatan dengan skala intensitas III-IVMMI.
Hingga saat ini sudah ada laporan dampak kerusakan di daerah Kendari yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.
Salah satunya menara Tugu Religi MTQ Kendari retak.
"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," ujar dia.
Bambang Setiyo Prayitno juga sampaikan, hingga pukul 21.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya lima aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo 4,5.
Sementara BMKG Kendari mencatat, gempa terjadi sudah sebanyak 10 kali dalam 24 jam terakhir.
Bambang Setiyo Prayitno nyatakan bahwa BMKG telah meminta masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan gempa.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran
gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah," ujar Bambang Setiyo Prayitno. (Redaksi)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.