CIA kemudian merencanakan operasi paramiliter skala besar, tapi rencana itu ditunda karena dianggap bisa menjadi senjata makan tuan.
Saat itulah ada laporan muncul jika Soekarno terlibat hubungan gelap dengan pramugari, yang bisa jadi merupakan mata-mata KGB.
CIA langsung berupaya mengeksploitasi hubungan cinta terlarang Soekarno tersebut untuk mencoreng namanya.
Awalnya CIA bergantung pada penyebaran gosip dan mendorong laporan hubungan gelap itu ke mana saja.
"Idenya adalah Soekarno digambarkan seorang playboy yang justru menjebak dirinya sendiri dalam pesona agen wanita Soviet," tulis William Blum di bukunya Killing Hope: U.S. Military and CIA Interventions Since World War II.
"Ia telah jatuh ke tangan Soviet, seperti tulisan laporan CIA, atas hasil pengaruh wanita atau karena ia diperas oleh wanita itu, atau keduanya."
Saat itu memang benar Soekarno pergi ke Uni Soviet dan ia ditemani pramugari cantik berambut pirang saat kunjungan itu, dan wanita itu kemudian pergi ke Indonesia dengan pejabat Soviet Kliment Voroshilov dan terlihat bersama Soekarno beberapa kali, menurut Blum.
Serta, Uni Soviet memang berupaya mengancam Soekarno dengan merekam aksi panasnya dengan sekelompok pramugari.
"Ketika… Soekarno kunjungi Moskow tahun 1960-an, KGB berupaya menjebaknya dengan honey trap, mengirimkan sekelompok wanita muda cantik yang berperan sebagai pramugari ke hotelnya," tulis Tim Lister di CNN.
Namun waktu Lister kurang tepat, sumber lain mengatakan KGB sedang menggodok cerita Soekarno itu pada 1957 atau 1958.
Namun KGB juga gagal, karena Soekarno tidak menyembunyikan kehidupan cintanya.
Soekarno dengan terbuka mendukung poligami, dengan memiliki 4 istri resmi sementara menjaga pernikahan "de fakto" dengan istri kelima, seperti dijelaskan Elizabeth Martyn di The Women's Movement in Postcolonial Indonesia.