Kamis, 19 Desember 2024

Kabar Internasional

Alasan para Ilmuwan Pencipta Artificial Intelligence Kini Ketakutan dengan Program Ciptaan Sendiri

Senin, 12 Juni 2023 12:22

KECERDASAN BUATAN - Artificial Intelligence (AI), merupakan teknologi canggih yang dapat menggantikan peran manusia disejumlah profesi. Foto: futureoflife.org

POPNEWS.ID - Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan banyak memudahkan pekerjaan manusia.

Namun siapa sangka, perkembangan AI yang super pesat rupanya ditakuti para penciptanya sendiri.

Dilaporkan The New York Post dan DailyMail, Jumat (27/1), para ilmuwan dari Universitas Oxford memperingatkan, ketika AI akhirnya menjadi lebih cerdas dari manusia, hal itu justru kemungkinan besar akan menjadi ancaman.

Tahapan ini, mereka sebut sebagai superhuman AI yang akan terjadi pada akhir abad ini. 

Michael Osborne, seorang professor machine learning dari Universitas Oxford, menyerukan dibuatnya regulasi secara global untuk memperketat kecanggihan teknologi ini.

Pasalnya, tak menutup kemungkinan jika kehadiran superhuman AI ini mampu menciptakan sistem di luar kendali yang pada akhirnya ‘membunuh’ umat manusia. 

Oleh sebab itu, ia meminta agar kehadiran AI dapat digunakan dengan cara yang etis dan bertanggung jawab.

Ramalan buruk para ilmuwan ini datang di tengah desas-desus global atas ChatGPT. Sebuah bot pembantu yang begitu mutakhir dikembangkan oleh OpenAI. 

Teknologi superhuman AI ini dapat melakukan berbagai tugas rumit dengan cepat, mulai dari menyusun disertasi rumit hingga menyusun skema desain interior dan bahkan memungkinkan orang berkomunikasi dengan diri mereka yang lebih muda.

"ChatGPT begitu sangat bagus. Kami tidak jauh dari AI yang sangat kuat dan berbahaya," begitu kata Elon Musk dalam cuitan Twitternya.

Mundur dari Google

Geoffrey Hinton, 75 tahun, mengumumkan pengunduran dirinya dalam sebuah pernyataan kepada surat kabar New York Times. Ia berkata bahwa ia sekarang menyesali pekerjaannya.

Ia mengatakan kepada BBC beberapa bahaya chatbot AI "cukup menakutkan".

"Saat ini, mereka tidak lebih cerdas dari kita, sejauh yang saya tahu. Tapi saya pikir tak lama lagi mereka mungkin akan begitu (menjadi lebih cerdas dari manusia)."

Dr. Hinton juga mengakui bahwa usianya punya andil dalam keputusannya untuk meninggalkan Google. "Usia saya 75 tahun, jadi sudah waktunya untuk pensiun," katanya kepada BBC.

Riset terobosan Hinton tentang neural network dan deep learning membuka jalan untuk sistem-sistem AI masa kini seperti ChatGPT.

Dalam teknologi kecerdasan buatan, neural network adalah sistem yang mirip dengan otak manusia dalam kemampuannya mempelajari dan memproses informasi. Mereka memungkinkan AI untuk belajar dari pengalaman, layaknya manusia. Inilah yang disebut deep learning.

Sang psikolog kognitif dan ilmuwan komputer berdarah Inggris-Kanada ini berkata kepada BBC bahwa chatbot tak lama lagi dapat melampaui level informasi yang disimpan oleh otak manusia.

"Sekarang, yang kita saksikan ialah sistem-sistem AI seperti GPT-4 memiliki pengetahuan umum yang jauh melampaui pengguna manusia. Dalam hal nalar, ia tidak sebagus itu (manusia), tapi sudah melakukan penalaran sederhana," ujarnya.

"Dan melihat laju kemajuannya, kita dapat berharap mereka menjadi lebih baik dengan cepat. Jadi kita perlu khawatir tentang itu."

Dimanfaatkan untuk Kejahatan

Dalam artikel di New York Times, Dr. Hinton menyebut tentang "aktor-aktor jahat" yang akan mencoba menggunakan AI untuk "hal-hal buruk".

Ketika diminta oleh BBC untuk mengelaborasi komentar ini, ia menjawab: "Ini hanya skenario terburuk, semacam skenario mimpi buruk.

"Anda dapat membayangkan, misalnya, seorang aktor jahat seperti [Presiden Rusia Vladimir] Putin memutuskan untuk memberi robot kemampuan untuk menciptakan subtujuan mereka sendiri."

Sang ilmuwan memperingatkan bahwa ini akhirnya dapat "menciptakan subtujuan seperti 'Saya perlu mendapatkan lebih banyak kekuatan'".

Ia menambahkan: "Saya menyimpulkan bahwa jenis kecerdasan yang kita kembangkan sangat berbeda dengan kecerdasan yang kita punya.

"Kita adalah sistem biologis dan ini adalah sistem digital. Dan perbedaan besarnya ialah dengan sistem digital, Anda bisa punya banyak salinan dari satu berat yang sama, model yang sama, tentang dunia.

"Dan semua salinan ini dapat belajar secara terpisah namun saling berbagi pengetahuan dengan instan. 

Jadi seolah-olah Anda punya 10.000 orang dan kapanpun satu orang mempelajari sesuatu, semua orang otomatis mengetahuinya. Dan karena itulah chatbot-chatbot ini bisa tahu jauh lebih banyak dari orang mana pun."

Matt Clifford, ketua Badan Riset dan Penemuan Tingkat Lanjut Inggris, berbicara dalam kapasitas pribadi, berkata kepada BBC bahwa pengumuman Dr. Hinton "menekankan betapa cepatnya perkembangan kapabilitas AI".

"Ada banyak manfaat dari teknologi ini, tetapi amat penting dunia banyak berinvestasi, dan segera, dalam keamanan dan kontrol AI," ujarnya.

Dr. Hinton bergabung dengan semakin banyak pakar yang mengungkapkan kekhawatiran tentang AI — baik tentang kecepatan maupun arah perkembangannya. (*)

 

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
POPentertainment