Kamis, 21 November 2024

Kabar Trending

5 Bencana Alam Super Dahysat yang Pernah Terjadi di Dunia, Indonesia Pernah Mengalaminya

Selasa, 16 April 2024 9:20

Gunung Tambora

Erupsi tersebut berkaitan dengan denyut ke-2 Abad Es Kecil dan dirasakan di seluruh dunia sebagai pendinginan iklim. Hal tersebut ditengarai melalui tampilan cincin-cincin batang pohon, inti es Tanah Hijau (Greenland), dan sejumlah kegagalan panen yang tercatat dalam sejarah.

Para penulis sejarah pada masa Dinasti Ming menyebutkan tanggal kejadian secara khusus dengan menuliskan "salju tiada henti yang merusak panen."

Beberapa saat kemudian, ketika abu menghalangi sinar matahari, mereka menuliskan adanya "Salju setinggi beberapa kaki yang jatuh di 6 provinsi. Puluhan ribu orang beku hingga tewas."

Sesudah itu ada lagi acuan kepada masa yang panjang adanya hujan salju, laut membeku, dan warga yang meninggal karena kelaparan dan kedinginan. Tapi, korban terbesar adalah jatuhnya Kekaisaran Bizantium dengan dicaploknya Konstantinopel.

Di bawah pimpinan Sultan Mehmed II, pihak Turki Ottoman menyerbu Konstantinopel pada 5 April 1453 dan mendudukinya pada 29 Mei 1453.

Catatan sejarah kota pada masa itu menyebutkan adanya dampak parah letusan gunung berapi, termasuk kabut tebal pada bulan Mei yang tidak pernah ada sebelumnya, hujan deras yang ganas, langit merah darah di siang hari, dan banjir bertubi-tubi.

Orang-orang di luar kota menduga kota itu sedang terbakar. Menurut pada ahli sejarah, "Kobaran api menyelimuti Hagia Sophia dan petir-petirnya bisa terlihat dari tembok-tembok, tampak berkilauan dari jauh di pinggiran kota di belakang perkemahan Turki (di barat)."

Tapi itu sebenarnya pantulan dari awan debu berwarna merah pekat yang ada di atmosfer. Pengepungan mungkin saja ditunda kalau panennya berhasil sebelum kedatangan pasukan penyerbu.

Kegagalan panen akibat debu vulkanik menyebabkan pengepungan hanya berlangsung selama beberapa minggu, tidak perlu berbulan-bulan. Hal itu menyebabkan kehancuran Kekaisaran Bizantium sehingga memungkinkan Kesultanan Ottoman berkembang.

Hanya karena suatu pulau yang sekarang sudah lenyap di Samudra Pasifik itu, maka para pelarian dari Konstantinopel – termasuk para penulis, musisi, ahli astronomi, arsitek, seniman, filsuf, ilmuwan, politisi, ahli teologi dan lainnya – dibawa ke Eropa Barat untuk melanggengkan dan menularkan pengetahuan dari peradaban mereka.

3. Gempa Bumi Lisbon (1755)

Gempa bumi dan tsunami Lisbon adalah salah satu gempa terbesar yang terjadi, diduga pada magnitudo 9 menurut skala magnitudo gempa – hampir setara dengan gempa dan tsunami Samudra Hindia pada 2004.

Gempa pada 1755 bisa dibilang telah membinasakan Lisbon dengan korban jiwa sekitar 100 ribu orang. Muncullah rekahan-rekahan selebar 5 meter di kota. Para penyintas (survivor) segera bergegas ke kawasan pelabuhan yang relatif terbuka, tapi mendadak datang tsunami setinggi 30 meter.

4. Letusan Laki (1783–1784)

Patahan volkano Laki sepanjang 25 kilometer di Islandia memiliki 130 cerobong vulkanik. Letusan terjadi di patahan itu pada 1783 – 1784 dengan kekuatan 6 VEI.

Kira-kira 14 kilometer kubik lava basal dimuntahkan saat itu, bersama dengan awan beracun terbuat dari campuran sulfur dioksida dan asam hidroklorik yang menyebar ke seluruh dunia.

Awan itu menyebabkan hujan asam di sebagian besar Eropa dan debu di seluruh dunia yang menghalangi sinar matahari sehingga menurunkan suhu secara global. Akibatnya, kelaparan, penyakit, dan maut hadir di mana-mana. Bencana itu terjadi hanya beberapa tahun setelah bencana di Lisbon.

Dampak di Islandia adalah meninggalnya 25 persen populasi di sana, 50 persen ternak, dan hampir semua panen tahun itu. Aliran tiang lava dari letusan itu bisa mencapai ketinggian 1.400 meter ke udara – sekitar 5 kali tiang lava Hawaii.

Selain itu, letusan juga melepaskan sekitar 8 juta ton hidrogen fluorida dan 120 juta ton sulfur dioksida ke seluruh Eropa. Semburan itu kemudian dijuluki "kabut Laki".

Gas dan debu itu memperlemah monsoon di Afrika dan India serta membawa kematian seperenam penduduk Mesir pada masa kelaparan 1784. Panen di seluruh Eropa mengalami kegagalan. Sulfur dioksida di udara juga menyebabkan penyakit pernafasan yang membawa kematian sekitar 23 ribu orang di Inggris.

Halaman 
Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
POPentertainment