POPNEWS.ID - 2021 Sony merilis Playstation 5 alias PS 5.
Semula, kehadiran PS 5 diperkirakan akan mengulang kesuksesan pendahulunya, PS 4.
Namun, ternyata angka penjualan PS 5 tak begitu menggembirakan seperti PS 4.
Diketahui, PS 5 saat ini dibanderol di kisaran Rp 14 juta.
Namun, penyebab kurang larisnya PS 5 ternyata bukan disebabkan faktor harga.
Sony berhasil menjual 17,3 juta unit PS5 pada tahun 2021.
Namun, angka ini masih tertinggal jauh dengan penjualan PS 4.
Dibandingkan dengan pendahulunya, PS 5 masih kurang laku dan menjadi penyebab turunnya pendapatan Sony.
"Dilaporkan bahwa penurunan pendapatan game Sony dan Network Service yang dimilikinya, mengalami penurunan pendapatan pada kuartal yang berakhir pada 31 Desember 2021.
Penyebab utamanya, yakni penjualan PS5 yang cukup rendah," ungkap Daniel Ahmad, Senior Analyst di Niko Partners, di postingan media sosial.
Jika dibandingkan dengan PS4, angkanya memiliki perbedaan jumlah yang cukup jauh mencapai kurang lebih tiga juta unit dari 20,2 juta unit terjual.
Penyebabnya, yakni kelangkaan komponen dan masalah ini masih dialaminya hingga sekarang.
Dikutip dari Video Games Chronicle, berdasarkan data yang dipaparkan oleh Ahmad, penjualan pada Q4 2021, PS 5 hanya mampu mengumpulkan pembelian sebanyak 3,9 juta unit.
Menurun pada kuartal yang sama pada tahun 2020, yakni 4,5 juta unit.
Sementara itu, dikabarkan sebelumnya bahwa Sony akan menghentikan pengembangan dari PS 4.
Namun ternyata, Sony berubah pikiran dan berencana untuk tetap membuat konsol tersebut hingga tahun 2022.
Hal ini bertujuan untuk mengatasi kelangkaan stok PS5 dan mengisi kekosongannya dengan stok PS4.
"Ini (PS4) merupakan salah satu konsol paling laris yang pernah ada dan akan selalu ada crossover antara generasi," kata juru bicara Sony.
Sony diketahui memilih mengembangkan lebih banyak PS4, karena komponennya saat ini sudah tersedia.
Selain itu, PS4 juga lebih mudah diproduksi dan dapat menjadi alternatif dengan harga yang terjangkau pastinya.
Sedangkan untuk memproduksi PS5, mereka kewalahan memenuhi permintaan tinggi lantaran krisis chip global yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
Sampai saat ini, krisis tersebut belum menunjukkan tanda akan berakhir dan masih mempengaruhi berbagai sektor termasuk teknologi. (*)