POPNEWS.ID – Gelombang kritik publik terhadap Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) makin deras setelah muncul isu tawaran menjadi buzzer damai bagi influencer. Tawaran bernilai fantastis hingga Rp150 juta untuk sekali unggahan di media sosial itu menuai sorotan, terutama karena dianggap sebagai bentuk pemborosan anggaran negara di tengah tuntutan kesejahteraan rakyat yang belum terjawab.
Sejumlah influencer ternama mengaku menolak tawaran tersebut. Salah satunya, Jerome Polin, yang mengunggah tangkapan layar tawaran Rp150 juta lalu membandingkannya dengan gaji guru di Indonesia.
“Uang rakyat dipakai buat bayar buzzer per orang 150 juta. 1 post kalau dipakai buat naikin gaji guru per orang 10 juta, udah bisa bikin 15 guru hidup sejahtera selama sebulan,” tulis Jerome dalam akun Instagramnya.
Nada serupa datang dari Reza Dwi Yanda (@ejaak15) yang menyoroti ketimpangan prioritas. Ia menilai tawaran itu menunjukkan betapa rendahnya perhatian negara terhadap kesejahteraan tenaga pendidik.
“Gaji guru cuma ratusan ribu, tapi giliran bayar buzzer sanggup sampai ratusan juta. Bisa mikir gak sih?” ungkapnya.
Kritik juga disampaikan oleh Vincent Liyanto, kreator konten finansial. Ia mengaku ditawari Rp85 juta untuk mengunggah konten ajakan damai.
“Asik-asik makan dapat tawaran rezeki. Nih bayarnya pakai uang rakyat kah? Anggaran dipakainya buat ginian yak. Kita kawal bersama,” tulisnya saat menolak tawaran tersebut.
Fenomena tawaran buzzer ini menunjukkan betapa kuatnya arus opini publik di era digital. Para influencer kini berada di persimpangan antara menjaga integritas diri atau tergoda imbalan finansial yang fantastis. Di sisi lain, reaksi keras masyarakat membuktikan bahwa suara publik masih menjadi kekuatan utama dalam mengawal transparansi dan memperjuangkan keadilan di Indonesia. Publik pun saling mengingatkan untuk menghindari serangan buzzer yang berusaha meredam kritik
(Redaksi)