POPNEWS.ID - Kisah sukses Putri Ariani menggapai impian di America's Got Talent menjadi buah bibir.
Bagaimana tidak, meski menyandang disabilitas, siswi Negeri 2 Kasihan, Bantul berhasil mencuri perhatian juri lewat aksi memukaunya.
Bahkan, Simon Cowell, salah satu juri America's Got Talent mengganjarnya dengan golden buzzer.
Yang artinya, Putri Ariani berhak langsung melaju ke babak semifinal America's Got Talent 2023.
Lantas, bagaimana kisah hidup sebenarnya Putri Ariani yang kini sedang menapak karir cemerlangnya?
Kepala SMKN 2 Kasihan, tempat Putri Ariani menimba ilmu, Agus Suranto menyampaikan, Putri satu-satunya siswi disabilitas satu angkatan.
Untuk satu sekolah ada dua orang.
Dikatakannya, sosok putri selama ini siswi yang ingin mengembangkan bakatnya di berbagai arah.
Sekola mewajibkan siswa mengambil satu instrumen major.
Tapi, untuk perluasan kompetensi pihaknya memberikan kebebasan kepada seluruh muridnya.
Dalam kelompok orkestra sebagai pemain flute, perempuan kelahiran 31 Desember 2005 itu juga tak terjebak dalam star syndrome.
Meski sudah terkenal di tingkat nasional, dan juga mengeluarkan album.
Sebuah album penuh bertajuk Melihat dengan Hati yang dirilis pada 16 Oktober 2020 lalu.
Bahkan, jika mengetik nama Putri Ariani di YouTube ada banyak sekali videonya.
Saat audisi America's Got Talent, Putri membawakan lagu ciptaannya sendiri, dan diminta Simon membawakan lagu kedua.
Meski segudang prestasi, Agus menilai Putri tak terlihat menonjol di antara teman-teman satu sekolahnya, dan tetap seperti layaknya murid pada umumnya.
"Dia anaknya memang suka tantangan. Di internal SMM, dia sebagai siswa. Sehingga tahu menempatkan diri," kata Agus, Rabu (7/6/2023) malam.
"Saat diorkestra dia menempatkan sebagai pemain. Di kelas menempatkan sebagai siswa," kata dia.
Dijelaskannya, tidak ada teknik khusus membantu murid disabilitas seperti putri.
Menurut dia, dengan adanya siswa disabilitas bisa menjadikan tantangan bagi guru.
"Melihat karakteristik Putri, justru menjadi tantangan bagi kami untuk memunculkan strategi baru. Tidak ada guru khusus," kata dia.
Agus mengatakan, komunikasi dengan orangtua yang anaknya disabilitas menjadi kunci keberhasilan pembelajaran.
Bahkan SMK N 2 Kasihan beberapa tahun lalu memiliki murid autis bisa lulus dengan baik.
"Orangtua antar jemput setiap hari dan ketemu terus setiap hari.
Terus ini integrasi beberapa faktor, Putri walaupun levelnya sudah seperti itu (terkenal) dari sisi akademik bagus dia itu," kata Agus.
"Jadi bukan karena dia eksis di luar kemudian tidak seimbang, justru tetap harmonis," kata dia.
Putri berangkat ke Los Angeles, AS untuk mengikuti AGT 2023 sejak beberapa waktu lalu.
Dia tetap mengerjakan tugas sekolah secara daring.
Sekolah mengizinkan, termasuk Pemerintah Indonesia.
"Selama di luar negeri dia tetap mengerjakan tugas dan belajar secara jarak jauh," kata dia.
Harapannya Putri bisa menginspirasi anak yang lain, kalau ingin maju tidak ada satu hal pun bisa menjadi halangan.
Agus juga bisa tetap rendah hati, terus belajar, dan tidak gentar menghadapi segala tantangan.
"Semoga membawa nama harum Indonesia di kancah internasional," kata dia. (*)