POPNEWS.ID - Isu tak sedap mengiringi upaya evakuasi korban gempa Turki dan Suriah.
Diketahui, lebih dari 45 ribu korban tewas dalam bencana tersebut.
Baru-baru ini, beredar spekulasi liar terkait penyebab gempa Turki dan Suriah.
Muncul kabar yang menyebutkan gempa di Turki terjadi akibat ulah Amerika Serikat.
Benarkah Amerika Serikat dengan teknologi canggihnya, yang mengakibatkan gempa di Turki?
Terkait hal itu, dilansir dari CNBC Indonesia, ilmuwan buka suara soal klaim yang menyebut bahwa gempa bumi di Turki disebabkan oleh program militer Amerika Serikat, HAARP.
Para ahli menjelaskan bahwa HAARP atau High-frequency Active Auroral Research Program, tidak memiliki kemampuan modifikasi cuaca yang menyebabkan gempa bumi.
Untuk diketahui, HAARP menjadi teknologi yang diklaim menyebabkan gempa dahsyat M 7,8 di Turki.
Banyak informasi salah yang beredar online setelah bencana melanda, dengan menyertakan gambar palsu atau narasi yang menyesatkan tentang upaya penyelamatan.
Satu tweet mengatakan, "Gempa bumi di Turki terlihat seperti operasi hukuman (HAARP) oleh NATO atau AS melawan Turki" sambil membagikan video yang menunjukan seperti sambaran petir.
"Tidak normal dalam gempa bumi, tetapi selalu terjadi di operasi HAARP,"
HAARP adalah program yang menggunakan pemancar frekuensi tinggi berdaya tinggi untuk mempelajari sifat dan perilaku ionosfer.
Pada 2015, operasi fasilitas penelitian dipindahkan dari Angkatan Udara AS ke University of Alaska Fairbanks.
Beberapa ahli mengatakan bahwa HAARP tidak bertanggung jawab atas gempa bumi di Turki atau di mana pun karena HAARP tidak memiliki kemampuan seperti itu, demikian dikutip dari Reuters, Kamis (16/2/2023).
Menurut bagian FAQ situs web HAARP, teknologi itu juga tidak dapat mengontrol atau memanipulasi cuaca.
Jessica Matthews, manajer program HAARP di University of Alaska Fairbanks, mengatakan kepada Reuters bahwa peralatan penelitian di situs HAARP tidak dapat menciptakan atau memperkuat bencana alam.
Sementara itu, menurut David Hysell, seorang profesor teknik Thomas R. Briggs di Universitas Cornell, HAARP adalah pemancar radio yang lebih besar dari kebanyakan pemancar radio lainnya. Secara teori, kata dia, HAARP tidak mungkin menciptakan gempa bumi.
David Malaspina, seorang ilmuwan peneliti di Laboratory for Atmospheric and Space Physics (LASP) di University of Colorado Boulder menyatakan bahwa gelombang radio HAARP mirip dengan stasiun siaran radio AM yang kuat. Dan tidak ada mekanisme yang diketahui oleh bahwa siaran radio AM dapat menyebabkan gempa bumi.
Dia mengatakan gelombang radio semacam ini menembus kurang dari 1 cm ke dalam tanah, sedangkan gempa bumi jauh lebih dalam.
"Gempa Bumi 2023 di Turki berasal dari ~17 km ke bawah." tuturnya.
Gelombang radio buatan memang dapat mengganggu atmosfer bagian atas secara lokal, tetapi itu sebanding dengan gangguan yang disebabkan oleh Matahari, kata Toshi Nishimura, seorang profesor riset teknik elektro dan komputer di Universitas Boston.
Dia menambahkan bahwa dia tidak mengetahui adanya bukti ilmiah bahwa gelombang buatan dapat menciptakan gangguan yang lebih kuat dan berdampak pada kondisi seismik lokal.
"Saat ini tidak ada teknologi untuk meluncurkan gelombang radio dari tanah dan mengenai kota secara tepat," kata Nishimura. "Tampaknya tidak mungkin gelombang radio dapat berdampak pada kondisi seismik yang jauh." imbuhnya.
(redaksi)