Jumat, 20 September 2024

Berita Nasional Hari Ini

PDIP Sebut Prabowo-Gibran New Orde Baru, Gerindra: Senyumin Aja, Jogetin Aja

Senin, 6 November 2023 20:0

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. (detik.com)

POPNEWS.ID - PDIP terus melontarkan kritikan pedas terhadap Presiden Jokowi dan putranya, Gibran Rakabuming.

Diketahui, Gibran memilih berseberangan dari PDIP 
dengan menjadi cawapres Prabowo Subianto.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan, selalu ada kubu pasangan calon lain yang berkampanye secara negatif ketika mulai merasa tidak percaya diri saat berkontestasi di pemilu. 

Hal tersebut Habiburokhman sampaikan dalam merespons pernyataan Ketua DPP PDI-P Djarot Saiful Hidayat yang menyebut pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka cerminan 'neo orde baru'. 

Mulanya, Habiburokhman mengaku tidak tahu apakah pernyataan Djarot itu mengarah ke konteks negatif atau positif. 

Sebab, menurut dia, di setiap masa, baik itu Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi selalu ada sisi positifnya.

"Saya enggak tahu ya apa yang dimaksud neo orde baru apakah dalam konteks positif atau negatif. 

Kalau dalam konteks positif ya mungkin saja, di Orde Baru ada hal-hal positif, juga begitu juga di Orde Lama, begitu juga di Orde Reformasi," ujar Habiburokhman saat ditemui di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (5/11/2023). 

Habiburokhman menegaskan, ketika ada pasangan calon yang mulai merasa tidak percaya diri, maka mereka akan memainkan kampanye negatif. 

Misalnya, seperti tidak percaya dengan nilai jualnya sendiri hingga apakah visi misi yang digaungkan bisa mengambil hati rakyat atau tidak. 

"Pasangan calon dalam kontestasi apapun, ketika dia mulai melakukan kampanye negatif, menunjukkan dia tidak percaya diri untuk menunjukkan nilai jualnya.

Tidak percaya diri untuk menunjukkan dia punya visi misi program yang bisa memgambil hati rakyat," tuturnya. 

"Politik kami adalah politik merangkul, politik senyumin saja. 

Ya, silakan Mas Djarot bilang begitu, Pak Prabowo akan tersenyum saja. 

Kalau perlu Pak Prabowo akan jogetin saja," sambung Habiburokhman.

Sementara itu, saat ditanya apakah dirinya menyindir PDI-P yang sedang tidak percaya diri, Habiburokhman menepis. 

Dia mengaku hanya berbicara secara umum, di mana jika ada pihak yang tidak percaya diri, maka biasanya yang dikeluarkan adalah kampanye negatif. 

"Menunjukkan sudah habis amunisi untuk meyakinkan rakyat, sehingga panik dan melakukan hal-hal yang kurang terpuji, ya itu kembali ke penilaian rakyat," imbuhnya. 

Sebelumnya, Ketua DPP PDI Perjuangan (PDI-P) Djarot Saiful Hidayat menilai pasangan bakal calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai cerminan dari "neo orde baru".

Djarot pun mengajak parpol koalisi pengusung Ganjar-Mahfud MD untuk bergerak menghadapi "neo orde baru" tersebut. 

"Terus bergerak, Ganjar-Mahfud MD pastikan akan terus perkuat demokrasi. 

Bersama kita hadapi Prabowo-Gibran sebagai cerminan neo Orde Baru masa kini," ujar Djarot dilansir siaran pers PDI-P, Sabtu (4/11/2023).

"PDI Perjuangan mengajak seluruh parpol pengusung, relawan, dan simpatisan Ganjar Pranowo-Mahfud MD untuk bergerak semakin masif menggalang kekuatan rakyat bagi pemimpin visioner, berpengalaman, jujur dan mampu menciptakan terang keadilan bagi semua orang," tegas dia. 

Menurut Djarot, kemenangan dalam pemilihan presiden (pilpres) dimulai dari rakyat fokus bergerak di akar rumput.

Sebab, rakyat semakin cerdas di dalam melihat rekayasa hukum yang terjadi di Mahkamah Konstitusi (MK) terkait uji materi syarat batas usia capres dan cawapres. 

Selain itu, rakyat juga bereaksi keras atas mobilisasi aparat yang menurunkan bendera, baliho, dan berbagai atribut dukungan terhadap Ganjar-Mahfud MD. 

“Spiritualitas bangsa Indonesia mengajarkan bahwa tidak ada tempat bagi mereka yang demi ambisi kekuasaan, dan cinta terhadap keponakan, lalu MK dikebiri, dan demokrasi pun mati," tutur Djarot. 

"Kini kekuatan moral lahir kembali. Inilah fondasi terpenting Ganjar-Mahfud MD, kokoh pada moral kebenaran dan berdedikasi total pada rakyat, bangsa, dan negara, bukan pada keluarga," lanjut dia. 

Dia menyebutkan, PDI-P percaya pada integritas Majelis Kehormatan MK untuk benar-benar obyektif dan mengedepankan sikap kenegarawanan.

Rebut Suara di Jateng

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan, bakal cawapres Koalisi Indonesia Maju (KIM) Gibran Rakabuming Raka beserta para caleg partai KIM akan turun untuk mengambil suara rakyat di Jawa Tengah (Jateng). 

Dirinya merespons PDI-P yang hingga saat ini masih percaya diri (pede) Jateng akan menjadi 'kandang Banteng'. 

"Di Jateng bukan hanya Mas Gibran, semua. Caleg-caleg Partai Gerindra, caleg partai pengusung, semua turun terus, apalagi Mas Gibran," ujar Habiburokhman saat ditemui di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (5/11/2023). 

Habiburokhman kemudian mengajak semua pihak untuk riang gembira dalam berkontestasi di Pemilu 2024.

Dia menyebut Gerindra pun tidak pernah menganggap PDI-P sebagai musuh. 

"Kami justru tetap menganggap PDI-P Mba Puan sebagai keluarga. Beda pilihan hal biasa, jangan membuat kita terpecah-belah," tuturnya. 

"Banyak hal yang lain yang masih kita lakukan sebagai bangsa dan negara secara bersama-sama, memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara," sambung Habiburokhman. 

Lalu, Habiburokhman meyakini, di hati Ketua DPP PDI-P Puan Maharani hingga Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto, terdapat Merah Putih. 

Sehingga, jika ada sedikit perbedaan pilihan politik, maka itu tidak menjadi masalah.

"Tapi bukan berarti kita jadi seram, harus tidak takut, harus siap bertempur dan lain sebagainya, enggak ada istilah seperti itu sekarang. 

Pemilu sekarang penuh riang gembira, kita menang bersyukur, kalaupun kalah kita enggak akan sakit hati," imbuhnya. 

Sebelumnya, bakal capres Ganjar Pranowo menegaskan bahwa Jawa Tengah (Jateng) masih menjadi "kandang banteng" meski salah satu kader PDI-P kini menjadi lawan di Pilpres mendatang. 

Diketahui kader yang kini menjadi lawan PDI-P adalah Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka. Gibran maju sebagai bacawapres Prabowo Subianto

"Jateng sampai hari ini tetap 'kandang banteng'. Bantengnya makin solid, makin menguat. Karena banteng tidak pernah cengeng. 

Karena banteng itu kalau ketaton (terluka) bukan nangis, dia akan marah," kata Ganjar usai Rapat dan Deklarasi di Stadion Jatidiri, Kota Semarang, Sabtu (4/11/2023). 

Namun, Ganjar mengingatkan agar marahnya tidak keterlaluan dan tetap mengutamakan akal sehat.

"Maka kita minta tolong marahnya jangan kebangeten, gunakan hati, dengan akal sehat, karena kita waras bisa menyikapi semua ini," kata Ganjar.

New Reformasi

PDI Perjuangan menyerang pasangan bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.  

Pasangan tersebut disebut sebagai neo orde baru (orba).  

PDI-P beranggapan Gibran yang merupakan putra Presiden Joko Widodo dianggap melanggengkan dinasti politik untuk terjadi di Indonesia. 

Maka dari itu, PDI-P memastikan bahwa pasangan calon yang mereka usung, yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD akan terus memperkuat demokrasi. 

Di sisi lain, Partai Gerindra selaku salah satu pihak yang mengusung pasangan Prabowo-Gibran membantah Prabowo-Gibran merupakan cerminan neo Orde Baru. 

Gerindra justru melihat pasangan Prabowo-Gibran sebagai new reformasi. 

Bahkan, Gerindra yakin Prabowo pasti hanya akan merespons dengan jogetan saja untuk membalas tudingan-tudingan seperti itu. 

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menampik anggapan Djarot yang mengatakan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka adalah cerminan dari neo Orba. 

Menurutnya, Prabowo selalu mematuhi prinsip-prinsip demokrasi dalam langkah politiknya. “Saya kira tuduhan itu kurang tepat ya. 

Apa yang terjadi di dalam proses selama ini juga dalam proses yang demokratis,” ucap Fadli di Monas, Jakarta, Minggu (5/11/2023).

Ia menyatakan, perjuangan Prabowo untuk menjadi presiden tak bisa dianggap melanggar prinsip demokrasi dan konstitusi. 

Pasalnya, Prabowo berproses cukup lama. Mulai dari awal membentuk Partai Gerindra itu sendiri. 

“Jadi kita tidak ujuk-ujuk (tiba-tiba) langsung loncat atau lakukan tindakan-tindakan di luar konstitusi,” ucap dia. 

Baginya, Prabowo-Gibran justru menggambarkan new reformasi. 

Meski begitu Fadli tak menjelaskan dengan rinci apa yang disebutkannya itu. "Menurut saya, lebih tepat dikatakan new reformasi,” sebutnya. (*)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
POPentertainment