POPNEWS.ID - Timnas Indonesia berhasil lolos ke final cabor sepakbola di SEA Games 2023, Kamboja.
Di laga final, Garuda Muda akan berhadapan dengan Thailand.
Kesuksesan Timnas Indonesia melaju ke fase final tak lepas dari kontribusi pemain asal Tenggarong, Kalimantan Timur, Muhammad Taufany Muslihuddin.
Tendangan mendatar Taufany di babak tambahan waktu babak kedua memastikan Timnas Indonesia menang 3-2 atas Vietnam.
Kemenangan ini menjadi dramatis lantaran Timnas Indonesia hanya bermain dengan 10 pemain, usai Pratama Arhan dikartumerah di menit 62.
Pemain muda Borneo FC itu tampak begitu emosional setelah gol tersebut.
Tak seperti pemain lain, Taufany langsung tengkurap di lapangan.
Dia terlihat sesenggukan, sebelum kemudian dipeluk oleh rekan-rekannya.
Taufany merupakan pria kelahiran Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, 24 Maret 2002.
Ia anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan bernama Zukran dan Maya Sari.
Kedua orangtua Taufany tampak bangga. Mereka mengaku kaget atas Gol yang disumbangkan oleh anaknya semalam.
"Semalam rasanya campur aduk. Saya berdoa agar Timnas Indonesia bisa menang. Alhamdulillah, Allah menjawab doa lewat anak saya," kata Zukran sembari mengusap air mata, Minggu (14/5/2023).
Dalam keluarga, Taufany bukan orang pertama yang menjadi pemain sepak bola. Dahulu pada tahun 1980, ayahnya juga seorang pesepak bola.
Sang ayah merupakan pemain sepakbola untuk tim lokal yakni Persiku (Persatuan Sepak Bola Kukar) ".
Talenta berbakat ini pun diturunkan hingga Taufany bisa menjadi pemain bola profesional seperti sekarang.
"Sebelum bertanding semalam, Taufan telpon kami. Dia minta restu agar diberikan kemudahan. Kami pun di rumah selalu mendukung," kata Zukran.
Sejak kecil, Taufany sudah bercita-cita dan mendambakan menjadi pemain sepak bola profesional serta bertanding dengan tim ternama.
Zukran sebagai figur panutan Taufany juga mengungkapkan bagaimana anaknya bisa menjadi pemain sepak bola.
Semua berawal di tahun 2015 silam, saat usianya baru 12 tahun.
Kecintaan dengan sepak bola, membuat Taufany mengikuti sekolah sepak bola (SSB) di tempat kelahirannya.
Setiap harinya, Taufany berlatih bersama teman-teman dan bermain di lapangan sepak bola Stadion Rondong Demang Tenggarong.
Melihat bakat tersebut, Taufany kemudian disekolahkan oleh kedua orangtuanya di sekolah khusus olahragawan internasional (SKOI) Kalimantan Timur.
"Sebenarnya sudah sejak ia berumur 10 tahun anak saya suka bola. Apapun kegiatannya di rumah, mau pakaiannya, seprai, tempat tidurnya, semua berhubungan dengan bola," ucap Zukran.
"Taufan tidak pernah berhenti main bola, mau pagi, siang, sore, dan malam," sambungnya.
Zukran menuturkan, karir sang anak mulai melejit sejak dipanggil tim nasional Indonesia All Star dan mengikuti turnamen International Youth Championship (IYC).
Pada pertengahan tahun 2021, manajemen Allstars menghubungi manajemen tim yang tengah diperkuat Taufany saat itu, yakni Mitra Kukar.
Pemuda asal Kota Raja ini pun diminta untuk bergabung dan menjadi bagian dari squad bertabur bintang nasional muda tersebut.
"Karena permainannya bagus saat bergabung di Indonesia All Star, kemudian Borneo FC melirik Taufany dan langsung dikontrak tiga musim kompetisi. Sampai sekarang," jelasnya.
Keberhasilan Taufany tak sampai disitu. Ia kemudian melenggang dan terpilih memperkuat squad garuda dalam SEA Games 2023 di Kambodja.
Mulanya, kata Zukran, PSSI hanya memanggil 34 pemain untuk tim SEA Games. Tak ada nama sang anak di dalam daftar pemanggilan PSSI tersebut.
Namun, Zukran meyakini anaknya akan bermain membela bumi pertiwi tahun ini.
Keyakinannya itu berbuah selamat, hingga akhirnya Taufany dipanggil oleh Coach Indra Sjafri ke Jakarta.
"Saya bangga sekali anak saya dapat kesempatan bermain di Timnas. Saya pesan bahwa Taufan harus membuktikan anak Kukar itu bisa," kata Zukran.
Kerinduan atas penantian 32 tahun pemuda Kukar membela tanah air terbalas. Taufany kini berhasil mengikuti jejak seniornya Heriansyah.
Masyarakat Kutai Kartanegara dan Kalimantan Timur pun patut bersyukur dan berbangga memiliki pemuda yang turut mengharumkan nama benua etam. (*)