POPNEWS.ID - China memberi dukungan kepada Rusia dalam konflik yang terjadi dengan Ukraina.
Seperti Rusia, China juga mendesak agar NATO tak menambahkan Ukraina ke dalam anggotanya.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengerahkan 3 ribu pasukan untuk mengantisipasi pecahnya perang antara Ukraina dan Rusia.
Amerika Serikat juga mengaku menemukan bukti Rusia menggunakan video propaganda sebagai alasan menyerang Ukraina.
Dikutip dari AFP, Rusia mendapat dukungan dari China dalam pertikaannya dengan Barat atas Ukraina pada Jumat (4/2/2022).
Beijing sepakat dengan Moskwa bahwa aliansi militer NATO yang dipimpin Amerika Serikat tidak boleh menerima anggota baru.
Dukungan tersebut dikeluarkan Beijing setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping bertemu.
Putin bahkan memuji hubungan bermartabat kedua negara.
Dukungan China atas Rusia tertuang melalui dokumen strategis jangka panjang.
Dalam dokumen tersebut, Moskwa dan Beijing mengecam apa yang mereka katakan sebagai peran destabilisasi Washington dalam keamanan global.
“Para pihak menentang ekspansi lebih lanjut NATO dan menyerukannya untuk meninggalkan pendekatan ideologis era Perang Dingin,” bunyi dokumen itu.
Dokumen tersebut juga mendesak penghormatan terhadap kedaulatan, keamanan, dan kepentingan negara lain.
Dokumen itu juga menggemakan tuntutan dari Rusia yang berulangkali disuarakan Moskwa dalam berbagai putaran pembicaraan dengan Barat.
Dokumen yang dirilis oleh Beijing dan Moskwa pada Jumat tersebut juga mengkritik dampak negatif Washington terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik.
Rusia dan China menambahkan, mereka "sangat prihatin" dengan aliansi pertahanan terbaru antara AS, Australia, Inggris, dan AS yang bernama AUKUS.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg membalas klaim Rusia dan China tersebut.
“Pada dasarnya, ini bukan tentang ekspansi NATO. Ini tentang menghormati hak setiap negara berdaulat untuk memilih jalan mereka sendiri,” kata Stoltenberg kepada Morning Joe dari MSNBC.
Barat menuduh Rusia mengumpulkan sekitar 100.000 tentara di perbatasan Ukraina dalam persiapan untuk invasi.
Barat lantas berjanji untuk menjatuhkan sanksi yang menghancurkan pada Moskwa jika benar-benar menyerang Ukraina. Kanselir Jerman Olaf Scholz adalah pemimpin Eropa terbaru yang mengumumkan kunjungan ke kawasan yang tengah memanas itu.
Dia akan pergi ke Ukraina pada 14 Februari dan Rusia pada keesokan harinya. (*)