POPNEWS.ID - Operasi mengatasi Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB di Papua tak lagi menggunakan pendekatan humanis.
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono sudah memutuskan meningkatkan status operasi di Papua menjadi siaga tempur.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksda TNI Julius Widjojono menjelaskan, perintah Panglima TNI ini didasari ulah KKB yang semakin agresif, dan dinilai tak terkendali.
Julius menuturkan para prajurit yang selamat dari serangan menceritakan kebrutalan KKB.
"Hal ini dilakukan mengingat agresifitas KST (kelompok separatis teroris) makin tidak terkendali.
Testimoni perilaku KST disampaikan langsung prajurit yang selamat.
Setiap individu yang mampu berada di sisi prajurit tersebut mungkin akan lebih paham," ungkap Julius.
"Kisah lain dari pengakuan prajurit terdepan dihadapkan dengan taktik tempur mereka, dengan menggunakan ibu-ibu dan anak-anak untuk tameng dan merebut senjata TNI," imbuh dia.
Seperti diketahui, 1 prajurit gugur, 4 luka-luka, dan 4 lainnya hilang dalam serangan KKB di Nduga, Papua Pegunungan akhir pekan lalu.
Julius menerangkan selama ini TNI melakukan pendekatan humanis kepada KKB dan simpatisannya. Pun pemisahan penduduk dengan KKB.
"Patut dicatat, metode-metode dengan pendekatan soft aproach, pendekatan hukum, sudah dan terus dilakukan.
Pemisahan penduduk dan separatis juga dilakukan. Bukankah metode ini sudah berjalan sangat lama?" tutur Julius.
"Peningkatan siaga tempur dilakukan hanya di daerah-daerah rawan," kata Julius Widjojono.
Daerah-daerah rawan, sambung Julius, adalah yang merupakan daerah operasi kelompok kriminal bersenjata (KKB). "Daerah yang ditandai sebagai pusat-pusat operasi mereka," katanya.
Julius menuturkan, meski berstatus siaga tempur di daerah operasi KKB, namun kekuatan alutsista dan persenjataan TNI tak berubah.
"Adapun secara fisik, kekuatan alut (alat utama sistem senjata/alutsista) dan persenjataan tidak ada perubahan," ucap Julius. (*)