POPNEWS.ID - Pemimpin Kuba yang dibenci Amerika Serikat Fidel Castro punya cerita unik.
Ya, Fidel Castro justru meniduri agen CIA yang ingin menghabisi nyawanya.
Sang agen CIA tersebut gagal menjalankan misinya lantaran memendam perasaan cinta terhadap Fidel Castro.
Fidel Castro merupakan pemimpin Kuba pada era 1960an.
Salah satu usaha memalukan AS melalui CIA nya yang berujung kegagalan ialah insiden Invasi Teluk Babi di Kuba April 1961.
Tak patah arang, CIA kemudian merancang serangkaian usaha percobaan pembunuhan kepada Castro.
Dari meracuni makanan, cerutu hingga menaburi sepatu Castro dengan bubuk perontok jenggotnya.
Sudah ratusan kali CIA melakukan usaha-usaha pembunuhan tersebut.
Tapi selalu berujung dengan kegagalan.
Tentu usaha pembunuhan Castro yang fenomenal adalah pelibatan perempuan dalam rencana operasi CIA.
CIA tahu jika kelemahan mendasar semua lelaki adalah perempuan.
Maka CIA merancang sekali lagi operasi pembunuhan tingkat tinggi kepada Castro dengan melibatkan seorang perempuan bernama Marita Lorenz.
Marita Lorenz sendiri lahir di Bremen, Jerman tahun 1939.
Ia dan keluarganya kemudian pindah ke Manhattan, Amerika Serikat tahun 1944 pada usia lima tahun.
Sesampainya di AS, ia dan keluarganya menjalani pemeriksaan ketat dari OSS (cikal bakal CIA) karena mereka berasal dari Jerman yang notabene merupakan musuh AS dalam babakan Perang Dunia II.
Setelah menjalani pemeriksaan, ibunya, Alice malah mendapat pekerjaan di OSS gedung Pentagon.
Sedangkan ayahnya ialah kapten kapal pesiar yang selalu hilir mudik ke negara-negara Amerika Latin, termasuk Kuba.
Marita sendiri sering ikut ayahnya ketika bekerja sebagai kapten kapal, sehingga ia tahu seluk beluk kehidupan masyarakat Amerika Latin.
Hingga suatu saat tahun 1959, Marita bertemu Castro di pelabuhan Havana.
Saling tatap, mereka berdua kemudian jatuh cinta pada pandangan pertama.
Bahkan ketika Marita pulang ke AS, Castro rela mengirimkan jet pribadinya ke sana demi belahan hatinya tersebut jika sewaktu-waktu ingin ke Kuba.
Dua sejoli itu kemudian menjalani kisah cintanya terlalu kebabablasan hingga Marita hamil.
Namun Castro tidak mau mengakui bahwa anak di dala kandungan Marita adalah darah dagingnya.
Malahan Castro menyuruh bawahannya untuk membius Marita dan mengaborsi bayinya.
Marita syok karena Castro tidak mengakui bayi dalam kandungannya dan malah mengugurkannya.
Ia kemudian marah dan balik kucing ke Manhattan.
Agen CIA, Frank Sturgis yang mengetahui kegiatan cinta Marita dan Castro dari ibunya kemudian memanfaatkan rasa sakit hatinya untuk mengeliminasi Castro.
Jadilah Marita direkrut CIA menjadi mata-mata, tugasnya ialah menghabisi Castro.
Setelah menjalani pelatihan singkat sebagai agen mata-mata di Miami, Marita kembali ke Havana pada tahun 1960 untuk menjalankan misinya berkedok ingin menyelesaikan urusan pribadi dengan Castro.
Marita dan Castro akhirnya kembali bertemu di sebuah kamar Hotel Havana Hilton sebelum penguasa Kuba itu berpidato ke khalayak umum.
Kini hanya tinggal mereka berdua di dalam kamar dan Marita mengeluarkan pistol dari balik bajunya untuk menembak Castro.
Castro kaget bukan kepalang ketika Marita bercerita dirinya sekarang merupakan agen CIA yang bakal menjadi algojo untuk membunuh dirinya.
Pistol sudah diarahkan kepada Castro, tinggal tarik pelatuk maka bersuka citalah CIA dan AS atas kematian si penguasa Kuba.
Tapi rupanya rasa cinta Marita kepada Castro masih kuat.
Ia tak mampu membunuh Castro dan keduanya malah berhubungan intim saat itu. (*)