Senin, 7 Oktober 2024

Kabar Trending

Indonesia Diserang Kanan-Kiri Buntut Tolak Ekspor Nikel, Luhut: Mereka Tak Mau Kita Maju

Rabu, 23 Agustus 2023 14:48

Ilustrasi Bijih Nikel -Indonesia Diserang Kanan-Kiri Buntut Tolak Ekspor Nikel, Luhut: Mereka Tak Mau Kita Maju

POPNEWS.ID - Kebijakan Presiden Jokowi membatasi ekspor nikel membuat dunia internasional protes.

Indonesia pun mendapat protes keras dari Uni Eropa, Amerika Serikat (AS), hingga Dana Moneter Internasional (IMF).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan tidak ada satu pun negara maju di dunia ini yang mau melihat negara berkembang naik kelas menjadi negara maju. 

Hal tersebut menyangkut dengan program hilirisasi di dalam negeri yang tengah mendapat jegalan dari Eropa.

Oleh karena itu, menurut dia, Indonesia harus berjuang sendiri untuk tumbuh menjadi negara maju. 

Mengingat, Indonesia tidak bisa bergantung kepada siapapun.

"So you have to do it by yourself atau kau jadi budak mereka terus. 

Berkelahi aja kalian semua, kita akan jadi budak mereka. 

Jadi kita harus kompak. Bahwa kita kurang yes, tidak ada yang sempurna siapapun Presiden pasti ada kurangnya. 

Kalau mau sempurna ko ke sorga aja," kata Luhut, Selasa (22/8/2023).

Di sisi lain, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut, program hilirisasi yang digencarkan pemerintah telah membuahkan hasil.

Di mana, sejak larangan ekspor bijih nikel diberlakukan pada 2020 lalu, telah berdampak pada perekonomian RI.

"Hilirisasi nikel, ekspor nikel kita 2017-2018 hanya US$ 3,3 miliar, begitu stop ekspor, hilirisasi pada 2022 hampir US$ 30 miliar, naik sepuluh kali lipat," jelas Bahlil dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.

Selain itu, dari sisi neraca perdagangan juga terjadi perbaikan, dimana 25 bulan berturut-turut Indonesia selalu mengalami surplus. 

Khususnya dengan China yang merupakan mitra dagang utama Indonesia.

"Ini akibat hilirisasi dan mendorong ekspor kita tidak lagi berbentuk komoditas mentah, tapi berbentuk setengah jadi dan barang jadi," tutur Bahlil.

Sebagai informasi, kebijakan hilirisasi industri yang saat ini digenjot pemerintahan Joko Widodo tengah mendapat tantangan yang cukup serius. 

Selain digugat di WTO oleh Uni Eropa, Dana Moneter Internasional (IMF) juga meminta pemerintah Indonesia tidak memperluas kebijakan larangan ekspor mineral mentah khususnya nikel untuk program hilirisasi.

IMF meminta kepada Presiden Jokowi untuk mempertimbangkan pelonggaran pembatasan ekspor nikel dan komoditas lainnya. 

Pasalnya, IMF berpendapat kebijakan larangan ekspor nikel bisa menimbulkan kerugian bagi penerimaan negara yakni RI dan berdampak negatif bagi negara lain

Permintaan tersebut mereka sampaikan dalam IMF Executive Board Concludes 2023 Article IV Consultation with Indonesia yang dikeluarkan Minggu (25/6/2023).

Selain kedua isu tersebut, produk nikel Indonesia melalui hasil hilirisasi juga dikucilkan Amerika Serikat (AS). 

Dikucilkan dalam arti tidak masuk dalam pemberian insentif hijau yang tertuang dalam Undang-Undang (UU) Pengurangan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) AS.

Melalui IRA, AS diketahui bakal memberikan kredit pajak atas pembelian mobil listrik. 

Undang-undang ini mencakup US$ 370 miliar dalam subsidi untuk teknologi energi bersih.

Namun demikian, insentif ini dikhawatirkan tidak berlaku atas mobil listrik dengan baterai yang mengandung komponen nikel dari Indonesia

Alasannya, Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS. (*)

 

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
POPentertainment