Jumat, 20 September 2024

Berita Nasional Hari Ini

Ganjar Pilih Edukasi untuk Berkampanye, Jubir TKN: Selepet Sarung dan Joging Bukan Gimik

Jumat, 1 Desember 2023 17:18

Bakal calon presiden dari PDIP, Ganjar Pranowo bertemu Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin di Jakarta, Jumat (18/8/2023). (ist)

POPNEWS.ID - Persoalan gimik di Pilpres 2024 jadi pro dan kontra.

Hal ini setelah PKS menyorot gimik politik gemoy dan santuy yang melekat pada pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming.

Terbaru, capres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo mengaku menghormati jika ada kandidat pasangan calon presiden dan wakil presiden yang menggunakan gimik sebagai gaya berkampanye. 

Namun, ia tidak ingin meniru gaya kampanye seperti itu. 

Ini disampaikan ketika ditanya soal gaya kampanye "gemoy" ala pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. 

"Saya menghormati gimik orang, tapi hari ini anak-anak muda mesti diedukasi," kata Ganjar selepas menghadiri acara dialog santai bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Kantor Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (30/11/2023).

Ia lantas menceritakan bahwa ada anak muda yang berkeluh kesah karena dihadapkan dengan gimik politik. 

"Saya baca siapa, Mbak Okky Madasari, dia menyampaikan 'Kami anak muda tersinggung kalau sekadar dikasih gimik, maka perlu pencerdasan edukasi politik berdasarkan apa programnya untuk anak muda," ujar Ganjar. 

Senada dengan itu, mantan Gubernur Jawa Tengah ini mengaku telah berulang kali bertemu anak muda. 

Menurut dia, tidak semua anak muda menyukai gimik politik. 

Sebaliknya, mereka berharap pusat kreatif bisa difasilitasi oleh pemerintah. 

"Mereka pingin ekonomi kreatif yang saya punyai, Anda bisa fasilitasi enggak ya? 

Apakah Anda kemudian bisa hadirkan lebih banyak creative hub untuk saya apa enggak ya, itu anak muda," tutur politikus PDI-P ini.

Respon Jubir TKN

Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Dedek Prayudi mengatakan, narasi politik “gemoy” dipakai untuk menggaet milenial dan gen Z. 

Dedek membagi narasi politik menjadi dua, sensasi dan esensi. Narasi “gemoy”, menurut dia, masuk dalam sensasi. 

“Sensasi ini bagaimana membuat orang menoleh. 

Setelah orang menoleh baru kita bicarakan asta cita (program Prabowo-Gibran), politik persatuan. 

Gemoy ini ternyata cukup catchy untuk membuat milenial dan gen Z melirik dan menoleh,” kata Dedek di Fanta Headquarters, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/11/2023).

Dedek tidak menampik bahwa narasi “gemoy” ini adalah gimik, begitu juga dengan paslon lain. 

“Kalau dibilang gimik, kami pikir semua calon punya cara untuk membuat orang menoleh ya. 

Kami tidak bilang slepet-slepet sarung itu gimik, jogging itu gimik, setiap orang punya cara membuat publik menoleh,” tutur Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia atau PSI itu. (*)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
POPentertainment