Minggu, 6 Oktober 2024

Berita Internasional Hari Ini

Delapan Negara yang Diam-Diam Diekspansi China

Negara nyaris bangkrut

Jumat, 31 Desember 2021 15:11

Peta wilayah China (Foto: Capture Google 2021)

POPNEWS.ID - Laporan tentang adanya negara-negara yang jatuh bangkrut dalam jebakan utang China atau Tiongkok sebenarnya telah lama. Tapi tampaknya China belum usai menggerakkan langkah itu untuk negara-negara lainnya di dunia.

Di Desember 2018, Quartz melaporkan ada delapan negara yang berutang ke China lalu alami "bangkrut". Tak ada salahnya menyimak kembali delapan negara yang alami jatuh bangkrut setelah punya pinjaman lalu terlilit utang ke China.

Berdasarkan analisis dari The Center for Global Development, sebuah organisasi penelitian nirlaba, China diduga telah memberikan bujuk rayu agar negara-negara berkembang menerima investasi mereka.

Tahun 2017, Sri Lanka mencatatkan utang lebih dari $1 miliar ke China. Sri Lanka adalah negara di wilayah Asia Selatan beribukota Kolombo.

Akibat utang itu, Sri Lanka lalu serahkan satu pelabuhan kepada BUMN milik pemerintah China.

Dampak lain dari pembangunan infrastruktur oleh China di Sri Lanka adalah pahitnya kondisi di sekitar Hambantota dan proyek-proyek seperti “bandara terkosong di dunia.”

Negara Djibouti berlanjut kemudian jadi negara yang berutang ke China. Negara di Benua Afrika ini menjadi wilayah yang digunakan Amerika Serikat untuk pangkalan utama militer di Afrika.

Negara Djilbouti tampaknya akan serahkan pelabuhan penting lainnya kepada korporasi yang berkaitan dengan Beijing.

Selain dua negara tadi, ada enam negara lainnya yang telah masuk "jebakan" utang China. Enam negara itu adalah Pakistan, Kirgistan, Laos, Maladewa, Mongolia, Montenegro, dan Tajikistan.

Langkah Beijing itu tak membuat Amerika Serikat senang.

"Gerakan Beijing dengan “mendorong ketergantungan menggunakan kontrak remang-remamg, praktik pinjaman predator, dan tawaran korup yang melemahkan kedaulatan negara dengan utang secara langsung menolak pertumbuhan mandiri jangka panjang, negara-negara itu,” begitu kata Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson di 6 Maret 2018.

Rex Tillerson berkata bahwa investasi China memang memiliki potensi untuk mengatasi kesenjangan infrastruktur Afrika. Tetapi pendekatannya telah menyebabkan meningkatnya utang dan sedikit, jika ada, pekerjaan di sebagian besar negara.

Sebagian kalangan menganggap langkah Beijing adalah “diplomasi perangkap utang”. Mereka tawarkan pinjaman infrastruktur murah, dengan risiko gagal bayar jika ekonomi yang lebih kecil tidak dapat menghasilkan cukup uang gratis untuk membayar bunga mereka.

China telah diketahui melakukan inisiatif menjadi pemimpin perdagangan global. China juga disebut menjembatani keinginan negara berkembang untuk mendanai infrastruktur transportasi.

Kondisi itu telah mengisi ruang kosong yang tercipta dari menurunnya kehadiran Amerika di lembaga-lembaga global.

Tetapi seperti halnya proyek internasionalis Barat, China juga menghadapi tuduhan perilaku imperialis ketika rencana utangnya salah.

The Center for Global Development juga masih menganalisis utang ke China oleh negara-negara yang berpartisipasi dalam rencana investasi itu. Delapan negara akan mendapati diri mereka rawan terhadap utang di atas rata-rata.

Tapi para peneliti juga masih perlu mencatat banyak data. Para peneliti juga mengatakan bahwa bukti yang ada harus meningkatkan kekhawatiran tentang kesulitan ekonomi yang berasal dari utang yang akan merusak upaya pembangunan sama sekali.

Di masa lalu, China dianggap tidak konsisten dalam urusan utang. Kadang-kadang, utang bisa diampuni. Tapi di lain waktu, wilayah yang disengketakan atau penguasaan infrastruktur jadi tuntutan sebagai balasan.

Ada beberapa fakta bahwa tak semua negara menerima tawaran utang dari China. Pakistan dan Nepal diketahui menolak pinjaman infrastruktur China di tahun 2017. (Redaksi)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
POPentertainment